Sunday, March 29, 2009

Melissa Anak tiriku

0 comments


Pak Anton biasa begitu orang memangilku,”selamat buat pernikahan keduanya boss Anton” ucapan dari klien kerja ku “boss umur 32 sdh nikah dua kali,iri saya” aku jawab “sialan ngeledek kamu yach”
Aku menikah lagi karena Istri pertamaku ketahuan selingkuh dengan ABG berusia belasan tahun,dan karena bukti ini jg anak satu satunya kami bernama Robby ikut denganku,umurnya sekarang ini sdh 7 tahun,cuma karena broken home dia kelihatan pendiam sekali,akhirnya aku menemukan pengganti Istriku yang pertama,Namanya Indah berumur 37 tahun 5 tahun lebih tua dari aku cuma aku rasa dia yang terbaik untuk anakku dan untuk ku.
Indah,Janda yang ditinggal mati suaminya 5 tahun yang lalu,dia bekerja dibidang pupuk di kota Malang,dan memiliki 1 orang anak wanita berusia 17 tahun bernama Melissa,Indah sangat lah keibuan dalam segala hal,dari mengurus anakku sampai urusan ranjang ,dia bisa memanjakan ku dengan berbagai macam cara dari oral sex yang luar biasa sampai sex anal pun dia lakukan untuk menyenangkan ku,hidupku terasa bahagia sekali selama 1 tahun awal pernikahanku.
Sampai suatu hari Robby bercerita kalau melihat Mellisa suka mengajak teman cowok kerumah dan kekamar bahkan dikunci ketika kami tidak ada,saya diam saja dan mulai menyelidikinya,ternyata benar laporan dari Robby,hari itu saya sengaja plg awal jam 3 sore dan ternyata Melissa membawa 2 orang teman lelakinya dan menyedot sabu sabu dikamar “ Mel,apa yang kamu lakukan ? kamu kamu…..” sambil sakaw dia mejawab “km siapa ?bkn papa ku kan?” aku marah sekali dan kuusir kedua berandal temannya itu,kutarik Mellisa kekamar mandi dan kusiram dengan shower wajahnya!!! “ampun Pa ampun Mel kapok ga lagi Pa!!” aku menjawab “mulai besok pakai sopir dan ga ada kegiatan extra atau apapun jg langsung plg”
Saya bicarakan kejadian ini dengan istriku tercinta dia hanya berpasrah dan malu juga kalau mau di bawa kerehabilitasi,karena tertekan istriku bilang akan kembali kerumah orang tuanya untuk bicara menitipkannya di Blitar (kota asal istriku),saya setuju saja karena saya takut Mellisa masih berhubungan dengan teman temannya disini,dalam kepergian istriku Mellisa tersiksa sekali dalam keadaan nya,hari ini dia tidak bisa sekolah karena badannya mengigil ketagihan saya kunci dia didalam kamar,dia terus berteriak minta dikeluarkan.
Kubiarkan saja semua itu dan kuatarkan anak kesayanganku kesekolahnya pagi itu,dan untuk urusan kantor saya tinggal dulu,karena tidak ada istri dirmh,pembantu jg tidak mampu ngurus Mel kalau lagi kumat gitu,sepulangnya dari mengantarkan Robby, dan pembantu sedang ke pasar untuk belanja gw denger sayup sayup suara Mel “Pa Mel bunuh diri saja ya kalau begini,Mel ga kuat” aku langsung membuka kunci kamarnya dan melihat Mel memegang pecahan kaca ditangannya “saya memeluknya Mel jangan macem macem yach ,Papa sayang kamu kayak anak Papa sendiri” diluar dugaan Mel menjawab “Papa kasih aku duit Pa,aku lakuin apa saja buat Papa”sambil dia nunjukin buah dadanya (dia hanya memakai Baby doll tanpa BH) saya bilang “apa apa an kamu Mel,Papa ga mau kasih km duit buat sakaw!!”tiba tiba Mel melucuti semua bajunya dan berkata “Mel sering lihat Papa merengek rengek minta jatah sama Mama,sini Mel kasih Pa,sampe Papa juga puas”
Naluri kelelakianku tidak bisa menolak tubuh molek anak istriku ini,apalagi disini ga ada orang,tapi gimana tanggung jawabku dengan istriku tercinta nanti?”ayo lah Pa sini tolong kulumin susu Mel,gatal nich” jawabku “tidak,papa kunci pintu sekarang”dan tiba tiba Mel melompat kearah ku dan meraba penisku “Papa sdh ngaceng masih pura pura lagi ,ayo Pa entotin aku yuk” ah gimana caraku menolak semua ini melihat payudara Mel yang kenceng,puting msh merah ,ah aku hanya terdiam merasakan Mel mulai melucuti celanaku dan mulai mengocok kontolku didalam mulutnya “gimana Pa,enak ga?Mel jilatin sampe ke lubang pantat Papa yach….hmmm gimana Pa rasanya ?”belum menjawab tiba tiba dimukaku disodori memeknya “Pa jilatin Memek Mel yach,please …”aku menjilatnya perlahan lahan,dan Mel mengerang “enak Pa enak …terus Pa jilatin sampe kedalam dalamnya terusssss Pa” 5 menitan cairan vagina keluar deras sambil diiringi teriakan Mel “aaaah Pa Mel keluaaar Paaa” sedangkan aku belum keluar sama sekali dengan kondisinya yang lemas dan kondisiku yang lagi nangung gini,kuambil posisi diatas kugoyang tubuhnya keras keras selama kurang lebih 15 menit sampe akhirnya crooot keluar sperma ku didalam memek Melissa,saat akan kutarik Kontolku keluar aku mendengar suara dibelakang pintu kamar dan aku spontan keluar,ternyata istriku sdh plg “Ma,Papa bisa jelasin Ma,Mel yang godain Papa” Istriku menjawab “dasar bajingan km ga bisa dipercaya Pa,km tidurin anakku sendiri!!apa yang harus aku lakukan sekarang?”

NIna Tante Seksi Sebelah Rumah

0 comments
Bugi, Gono, Adon, Feri dan Coki baru saja menggelar ‘konser’ di kamar Coki. ‘Konser’ menurut kamus mereka adalah menonton setumpuk DVD porno.

“Sialan, kenapa lu ngajak ‘konser’ pas gue lagi jomblo? Mana di sini sama sekali gak ada cewek,” gerutu Adon sambil mengelap jidatnya yang berkeringat. “Gue butuh pelampiasan nih,” tukasnya lagi sambil mengelus kont*lnya yang ngaceng di balik celana bermudanya.

“Sayang Mbak Suti udah pulang,” desah Coki. “Biar cuma babu cuci dan giginya berantakan, tapi bodinya mak! Gak kalah sama J-Lo. Pantatnya itu lho kalo jalan megal-megol!”

“Yah, selera lu kok gak mutu gitu,” cela Gono sambil pringas-pringis. “Gue mana bisa nafsu sama cewek jelek.” Cowok paling ceking ini sedang berusaha mengecilkan kont*lnya yang membengkak dengan menempelkan bagian depan celananya yang menggembung pada sekaleng bir Guiness hitam dingin.

“Eh, kalo lagi nafsu gini mau cewek kayak apa kek yang penting dia punya lobang yang bisa dimasukin,” sahut Bugi sambil ngiler usai melihat-lihat cover DVD yang seronok.

“Tul, biar muka kayak setan yang penting legit kayak ketan,” timpal Coki mencoba sedikit bertamsil.

“Lha, trus sekarang kita kudu ngapain? Ke diskotek, panti pijat atau lokalisasi? Gue lagi bokek. Lagian kalau pas ada razia kan konyol. Pokoknya malam ini gue kudu nyolok,” ujar Adon.

“Oh, gue tahu! Lu pada inget sama cewek yang tinggal di rumah belakang gak? Yang sombong itu lho. Yang gue panggil tapi dia malah melengos.”

Karena masih mabuk film porno, empat temannya hanya manggut-manggut tanpa tenaga. Feri yang pendiam malah masih merengut. Ia tidak puas dengan enam film yang mereka tonton. Bukan karena cerita atau pemainnya – buktinya kont*lnya paling mekar diantara yang lainnya, tapi sudut pengambilan gambar yang membuatnya jengkel. Maklum, si bongsor ini adalah mahasiswa IKJ jurusan penyutradaraan.

“Namanya Nina. Sebenarnya mukanya sih nggak cantik-cantik amat, tapi bodinya seksi. Kulitnya putih mulus. Pahanya jenjang en payudaranya sekel. Eh, pas tahu gue pelototin bodinya dia malah maki-maki gue. Heran, kalo nggak mau ditonton ya jangan ngasih kita tontonan dong. Dia jual mahal karena dulunya pernah jadi simpanan bule. Mending bulenya cakep. Udah tua, gendut, gundul lagi.”

“Wah, panjang umur dia,” gumam Bugi sambil melongok jendela. “Cok, itu kan yang namanya Nina?”

Keempat temannya segera menghambur ke jendela. Dari lantai dua, mereka bisa melihat gundukan kembar yang mengintip dari belahan blus rendah, paha mulus jenjang dan goyang pantat Nina yang membius. Jakun mereka naik turun dan menghasilkan bunyi glek keras. Lalu semuanya saling pandang. Seakan memiliki kemampuan men-scan isi otak empat sohibnya yang kotor, Coki langsung mengajak mereka menyelinap ke rumah kontrakan di belakang. Kebetulan Nina memang tinggal sendirian. Tapi ada syaratnya…

“Gue gak mau masuk penjara. Jadi kita harus bikin dia mau main karena suka sama suka.”

“Yaa repot amat. Masa kudu pake rayuan dulu?” omel Adon.

“Gak repot asal ngikutin cara gue. O, ya satu lagi. Karena gue yang kasih tahu kalian, berarti gue dapat giliran pertama. Dan lu, Fer, lu bisa mewujudkan impian lu. Bawa handycam lu.”

Feri memang tak pernah lepas dari handycamnya. Wajahnya yang berjerawat langsung berseri-seri. Ia mendekati Coki lalu berbisik-bisik seperti seorang sutradara yang sedang berdiskusi dengan penulis skenario.

Setelah celingukan ke sana-kemari, mereka memanjat pagar kecuali Gono. Ia tetap berada di luar pagar untuk membunyikan bel agar Nina mau keluar. Mulanya Gono enggan, takut dirinya dilupakan dan ditinggal oleh teman2nya. Tapi setelah Coki meyakinkannya, ia mau juga menjadi pancingan.

Ting Tong. Ting Tong. Ting Tong. Ting Tong.

Nina mengintip dari balik korden. Ia mengerutkan keningnya melihat cowok tak dikenal memencet bel rumahnya dengan getol. Dengan jengkel ia membuka pintu, mulutnya baru saja membuka untuk mengomeli Gono saat sebuah tangan membekap mulutnya dan ada tangan-tangan lain meringkus tangan dan kakinya. Dalam waktu singkat, Nina sudah digotong masuk ke dalam kamar tidurnya sendiri. Sedangkan sesuai janjinya, Coki tak lupa membukakan pintu untuk Gono. Kerjasama Coki dan kawan-kawan tak kalah baik dengan kawanan tentara bayaran di film-film Hollywood saat menjebak teroris. Nina mendelik begitu mengenali Coki. Berbagai makian terlontar, tapi tak jelas terdengar karena mulutnya dibekap.

“Diam, sayang. Kalau lu terus memaki-maki gue, nanti akibatnya tambah fatal,” ujar Coki sambil mengunci pintu kamar.

Kemudian Coki meminta teman-temannya untuk menelanjangi Nina. Bugi yang kesal karena tangannya digigit Nina hingga berdarah langsung menjejalkan celana dalam nylon putih berenda ke dalam mulut sang empunya celana. Gadis itu tidak diikat karena kedua tangan dan kakinya terus dipegangi. Bugi yang duduk di dekat kepala Nina memegangi kedua tangan Nina, sedang Adon dan Gono duduk di samping kiri-kanan Nina sambil mementangkan kaki gadis itu dengan selebar mungkin. Usaha mereka tidak mudah karena gadis itu terus meronta-ronta. Sementara itu Feri sudah sibuk dengan handycam-nya, lensa handycam terus terarah pada lekuk tubuh Nina.

“Begini, kita punya penawaran. Kita kasihan melihat lu tinggal sendirian tanpa pacar apalagi suami. Lu pasti sering masturbasi kalau lagi kesepian. Apalagi umur lu masih muda, belum nyampe tiga puluh. Cewek umur segitu kan lagi horny-hornynya,” ujar Coki sambil mengelus selangkangan Nina yang tak berambut, sepertinya habis di-wax. “Jadi kita bisa saling memuaskan. Win-win solution lah.”

Nina menggeram marah. Ia melotot sambil menggeleng keras saat payudaranya diremas-remas Adon dan Gono.

“Kalau kami nggak bisa membuat lu orgasme dalam waktu sepuluh menit, kami akan minta maaf, keluar dari sini dan nggak bakalan ganggu lu lagi selamanya. Lu sendiri nggak boleh bilang siapa-siapa tentang kejadian ini atau rekaman gambar bugil lu akan nongol di internet. Tapi kalau lu sampai teriak-teriak enak, maka lu harus mau melayani kami berlima,” ujar Bugi sambil memiting kedua tangan Nina.

“Pelan-pelan. Kalau tangannya sampai keseleo atau patah kan nggak seru,” tukas Coki menyabarkan Bugi. Bugi menurut dan mengendorkan pitingannya.

Nina mulai gemetar. Sorot matanya tak segarang tadi. Agaknya ia tidak yakin bisa melewati sepuluh menit dengan selamat. Jujur saja apa yang dikatakan Coki tadi benar. Ia memang kesepian dan hampir tiap malam bermasturbasi, kadang sekali, kadang sampai tiga kali. Ia ingin bercinta lagi, tapi hanya dengan orang yang benar-benar dikenalnya.

Tanpa menunggu jawaban Nina, Coki mengambil posisi di depan selangkangan Nina. Tubuh Nina mengejang saat lidah Coki mulai menjilati klitorisnya. Tapi sesudahnya ia diam, meronta pun tidak. Ia hanya merintih pelan sambil berusaha menahan agar nafsunya jangan sampai meledak. Namun bukan hanya Coki yang bekerja, Adon dan Gono terus meremas dan melumat buah dada bulat kenyal dengan lapar. Sesekali keduanya memuntir dan menggigiti puting cokelat muda yang menggemaskan itu. Sedangkan Bugi menggesek-gesekkan kont*lnya yang keras di balik celana selututnya pada ubun-ubun Nina.

Dada Nina naik-turun. Nafasnya mulai memburu. Dengan lembut dan tak terburu-buru Coki melumat bibir bawah Nina. Dijilatinya klentit yang sudah mengeras itu dengan perlahan, sesekali menelusurinya dengan ujung lidahnya. Coki pernah membaca di sebuah majalah kalau klentit sisi sebelah kanan lebih sensitif dari sebelah kiri karena syaraf pada pada sisi kanan berhubungan langsung pada kandung kemih. Jari telunjuk Coki juga sudah mengelus dan menekan dinding atas vagina, persisnya pada permukaan halus yang mirip spons. Menurut buku seks yang dibacanya, tempat itu yang dinamakan G-spot.

“Lima menit lagi,” ujar Feri dengan suara serak. Tangannya yang memegang handycam sudah berkeringat. Ia ingin sekali ikut meremas dan menjilati tubuh Nina, tapi merekam dokumentasi langka seperti ini lebih penting baginya. Toh nantinya ia juga dapat giliran.

Nina memandangi jam dinding dengan pasrah bercampur cemas. Kalau saja ia punya kemampuan untuk memajukan jarum menit dari jarak jauh, tapi yang bisa dilakukannya hanyalah terkapar tanpa daya. Payahnya lagi tubuhnya mulai menggigil oleh hujan serangan dari cowok-cowok yang usianya sekitar sepuluh tahun lebih muda darinya. Sudah lama ia tidak disentuh laki-laki, sekarang malah ada lima meski yang satu sibuk dengan handycam. Astaga! Nanti rekaman itu akan dikemanakan? Eh, apa mereka membawa kondom? Kalau dia sampai hamil gimana? Untung saja hari ini sudah lewat masa suburnya.

“Dua menit lagi,” ujar Feri sambil merekam kehebatan kerja lidah Coki dari jarak dekat. “Lu benar-benar hebat, man. Belajar dari mana sih? Tapi jangan lama-lama nanti sepuluh menit keburu lewat,” bisiknya.

Coki hanya melirik dan mengedipkan matanya. Mendadak ia mempercepat gosokan sambil sedikit menekan G-spot dan mengenyot kacang basah itu dengan mantap. Nina mengerang dengan mata terpejam lekat sehingga dahinya berkerut dan kedua alisnya menyambung jadi satu.

“Suara lu seksi. Bikin adik gue tambah gede,” bisik Bugi sambil menyeringai.

Nina menggigit bibirnya untuk menahan teriakan-teriakan keluar dari mulutnya. Namun rasa nikmat sudah menguasai sekujur syaraf tubuhnya. Kakinya yang sejak tadi diam mulai kembali bergoyang-goyang. Begitu pula tangannya.

“This is it, Cok! She’s coming!” seru Bugi riang.

Mendengar kata ‘coming’, Nina berusaha mengendurkan syaraf-syarafnya, tapi Coki sudah membuatnya gila. Perut bawahnya mulai mengejang dan rasanya ingin meledak. Ia menggeliat untuk menahan ledakan, tapi terlambat. Seiring erangan keras, matanya melotot dan kedua kakinya menjejak ke udara dengan keras hingga nyaris terlepas dari cekalan Adon dan Gono. Bugi mencopot sumbatan mulut Nina dan berbisik, “bilang enak dulu kalau nggak, dia nggak akan berhenti ngemut klentit lu.”

Namun Nina hanya mengerang-erang sambil menggelinjang ke sana-kemari. Ia berusaha melepaskan diri dari Coki, tapi lidah dan jari Coki terus melekat dengan mantap.

“Ss… sudah… su… dah… please… tol…long…,” desis Nina setengah menangis.

“Bilang enak dulu,” perintah Bugi.

“E… enak… en…nak…”

“Yang keras!”

“Enak! Enaaak!”

Baru Coki berhenti. Sekitar bibir dan hidungnya basah mengkilap, tapi ia tampak senang. Dengan wajah berseri-seri, ia membuka pakaian hingga telanjang. Begitu pula yang lainnya termasuk Feri yang akhirnya mau juga menaruh handycam-nya.

Dengan napas tersengal-sengal Nina terbaring lemah. Ia hanya bisa melihat Coki merangkak mendekatinya dan langsung menghujamkan kont*lnya ke dalam vagina yang basah dan licin. Nina merintih saat klentitnya yang bengkak dan masih sensitif terasa pedas tergesek rambut kemaluan Coki yang tajam. Coki sendiri terus menghantam pantatnya ke selangkangan Nina sambil melumat bibir Nina dengan rakus. Nina memalingkan wajahnya begitu merasakan lendir vaginanya sendiri, tapi Coki memegangi pipinya dengan erat dan terus mengobok-obok gusi dan dinding mulut Nina dengan lidahnya. Setelah puas mentransfer ludah mulut bawah Nina ke mulut atasnya, kedua tangan Coki sibuk meremas pinggul dan payudara gadis itu dengan keras hingga Nina kesakitan. Sepertinya kesabaran Coki dalam menghadapi klentit, hilang tak tersisa.

Bugi, Adon dan Gono asyik menonton sambil mengelus-ngelus kont*l mereka. Bugi yang mendapat giliran kedua sudah siap di samping ranjang sambil menyuruh agar Coki jangan lama-lama. Coki yang memang sudah hampir selesai segera mempercepat kayuhan pantatnya dan ia menggeram sambil meremas buah dada Nina dengan keras. Crot! Crot! Crot! Nina begitu kesakitan hingga air matanya menggenang. Ia tidak mengalami orgasme lagi karena tubuhnya belum pulih dari ledakan kenikmatan tadi apalagi remasan tangan Coki menyakitinya.

Bugi langsung maju menggantikan tempat Coki. Ia menyeringai melihat Nina menggeleng pasrah.
“Jangan takut, sayang. Biarpun tangan gue lu gigit sampe berdarah, gue bakal bikin lu menjerit-jerit keenakan.”

Nina memang langsung menjerit kecil saat kont*l Bugi menerobos masuk dengan paksa. Apalagi setelah kedua kakinya yang panjang diangkat dan disampirkan pada pundak Bugi. Kont*l Bugi langsung melesak masuk menumbuk G-spotnya dengann telak. Teriakan kesakitan Nina berubah menjadi lolongan nikmat saat Bugi menghentak-hentakkan pantatnya. Kedua tangan Nina menarik-narik seprai hingga hampir robek.

Feri terus merekam dari berbagai sisi. Sedangkan Adon dan Gono mengomentari gaya Bugi dengan kagum seperti komentator yang sedang memuji-muji gocekan Ronaldinho di depan gawang lawan. Coki tampak sirik dengan keberhasilan Bugi merangsang Nina. Gadis itu seperti lupa kalau sedang diperkosa. Ia tampak begitu menikmati kocokan Bugi hingga ikut menghentakkan pantatnya dan berulang kali berteriak ‘Yes! Oh, yes! More… more!! Ughh! Enaaak! Agh… Yes! Enaaak!!”

Akhirnya dengan kepala mendongak, Bugi menggeram seperti ****** herder milik Pak RT. Cairan hangat menyembur-nyembur dari kont*lnya ke dalam rahim Nina dan kedua tangannya mencengkeram payudara sambil memuntir puting Nina. Pinggul Nina masih terus bergoyang, teriakannya juga masih jalan terus. Rupanya kont*l Bugi yang tinggal setengah mekar masih cukup keras menyodok-nyodok G-spot nya. Selang sepuluh detik kemudian giliran Nina mengerang panjang lalu tubuhnya terkulai lemas. Ia mengangguk pelan pada Bugi sebelum memejamkan matanya.

“Eh, siapa yang suruh lu tidur. Belum selesai, sayang,” tukas Adon sambil menarik Nina bangun.

Adon si gempal menyuruh Nina duduk di pangkuan menghadapnya. “Busyet! Lu becek banget,” tukas Adon setengah mengeluh saat cairan vagina bercampur sperma dua temannya tumpah membasahi paha dan buah zakarnya. Kont*l Adon sudah berdiri dengan kerasnya hingga tak perlu bantuan tangan lagi untuk memasuki lubang vagina Nina.

Nina menahan napas saat vaginanya kembali ditembus kont*l sekeras kayu. Anak-anak kuliahan ini benar-benar berbeda dari Albert Withers, expat Aussie yang dulu memeliharanya. Kont*l Albert memang besar, tapi tidak sekeras milik mereka. Mungkin karena sudah berusia lima puluh tahun maka kont*l bule itu tidak lagi mengacung ke langit tapi membentuk sudut sembilan puluh derajat dari paha.

Adon memegangi pantat Nina dan menaik-turunkannya seiring ia menggoyang pantatnya. Nina yang lemas berusaha bersandar pada tubuhnya, tapi malah didorongnya menjauh hingga kepalanya terayun ke belakang. Satu tangan Adon melepas pantat Nina untuk menyangga punggung Nina. Bibirnya yang tebal menyelomot payudara Nina yang berayun di depan wajahnya. Mata Nina kembali terpejam dan ia mengerang. Semua rangsangan ini membuat liang senggamanya berkedut dan mengeluarkan cairan lagi. Tapi erangannya lembut setengah mendesah, tak sekeras saat kont*l Bugi mengocoknya. Tapi lama kelamaan ia mulai merintih nikmat karena klentitnya kembali mengembang setelah tergesek dengan rambut kemaluan Adon. Ia mulai menggelinjang sehingga tubuhnya oleng dan hampir jatuh rebah ke kasur. Tapi Adon menariknya kembali dan tubuh mereka yang basah karena keringat saling menempel. Adon memeluk Nina dengan erat dan menekan tubuh Nina kuat-kuat sebelum menyemburkan spermanya.

Nina yang baru saja dibaringkan Adon langsung disuruh nungging oleh Gono. Dengan sekali hentak, kont*l Gono langsung masuk. Nina mengerang sambil meringis. Meski tidak begitu panjang, tapi kont*l buntek ini berdiameter cukup besar sehingga memenuhi liang vaginanya seperti lepet yang menuh-menuhin bungkusnya. Satu tangan Gono mengobel-ngobel payudara Nina dan yang satunya mengilik-ngilik klitoris Nina. Gadis itu terus menggelinjang dan merintih nikmat setelah mengalami lima orgasme kecil berturut-turut. Gono sendiri memejamkan mata menikmati kont*lnya dikenyot liang vagina yang tak henti berkedut.

Coki, Bugi dan Adon menggoda Feri yang terus saja asyik merekam. Seolah tak mendengar ejekan temannya, Feri malah mendekati Gono dan membisikinya sesuatu. Gono menoleh tanpa berhenti mengayun pantatnya. Pandangan takjub Gono membuat tiga penonton saling pandang dengan penasaran. Tapi Feri dan Gono tak mau menjawab pertanyaan yang diberondongkan mereka. Dengan santai Gono menarik tangannya dari klentit Nina. Tangannya mengkilat oleh cairan vagina bercampur sperma tiga temannya. Lalu ia mengoleskan cairan di tangannya ke bibir anus Nina. Nina yang sejak tadi mengerang-erang langsung terkesiap. Ia melonjak kaget bahkan berusaha melepaskan diri, tapi Gono memegangi pantatnya dengan erat. Dengan dua jari, Gono menguwek-uwek bibir anus berwarna merah muda itu hingga melembut. Anus Nina makin berkerut-kerut karena kegelian. Sentuhan pada anus rupanya membuat Nina semakin panas dan meremas kont*l Gono kuat-kuat. Bersamaan dengan jeritan Nina, Gono juga berteriak. Cairan hangat kembali membanjiri lubang vagina Nina.

Nina ambruk ke atas seprai yang bau dan basah kuyup oleh cocktail keringat, cairan vagina dan air mani. Matanya yang hampir terpejam segera melotot begitu melihat kont*l Feri yang berukuran super melintas di depan hidungnya. Tanpa disadarinya tubuhnya gemetar dan lubang vaginanya terasa ngilu sebelum ditembus kont*l pejantan terakhir. Feri menitipkan handycam-nya dulu pada Coki dan mulai mendekati Nina. Ia duduk bersandar di headboard ranjang dan menarik tubuh Nina yang tergolek di hadapannya. Dimintanya Nina duduk di pangkuannya, tapi tidak seperti Adon tadi kali ini Nina memunggunginya. Kaki Nina dipentangkan lebar dan ditaruh di atas kedua lutut Feri. Dengan perlahan, Feri memegangi pinggang ramping Nina. Diangkat dan diturunkannya tubuh gadis itu hingga kont*lnya menusuk masuk ke dalam vaginanya. Ninah mendesah puas. Namun baru saja mem*knya meremas-remas gada raksasa itu, ia kecewa. Tiba-tiba Feri saja mengangkat tubuhnya dan melepaskan kont*lnya. Apa karena terlalu becek? Nina ingin bertanya, tapi malu. Lagipula Feri kembali menurunkan tubuhnya.

Nina menjerit kesakitan. Ternyata kont*l besar itu menghujam lubang anusnya setelah mencelup lubang vaginanya untuk mendapat lubrikasi. Ia meronta dengan sisa-sisa tenaganya, tapi sia-sia. Feri terus menarik pundak Nina ke bawah. Tubuh Nina melengkung karena menahan nyeri saat seluruh kont*l Feri masuk ke lubang anusnya. Baru kali ini anusnya diperawani, sialnya dengan kont*l sebesar ini. Feri diam sejenak dan meremas-remas payudara Nina dengan lembut. Ia juga membisiki Nina dengan berbagai pujian dan rayuan. Usahanya menenangkan Nina berhasil, gadis itu akhirnya berhenti berontak dan menyandarkan tubuhnya dengan pasrah. Feri mulai menaik-turunkan tubuh Nina. Satu tangannya beranjak meninggalkan payudara dan menelusuri perut rata Nina menuju klitoris Nina yang sudah memerah.

Nina menggelinjang saat jari telunjuk Feri menggaruk sembari memutar-mutar kacangnya. Payudaranya berguncang sehingga membuat empat penonton kembali ngos-ngosan karena pemandangan merangsang ini membangunkan senjata pribadi mereka. Coki yang tidak tahan menyerahkan handycam pada Bugi dan merangkak maju mendekati Nina. Protes teman-temannya tidak dipedulikannya. Rupanya ia masih kesal mengapa Nina tampak begitu menikmati kont*l teman2nya, tapi tidak miliknya.

Telunjuk Coki menyelonong masuk ke dalam liang vagina Nina dan mengobok-obok G-spotnya dan mulutnya menerkam salah satu payudara Nina. Nina mendesis-desis sambil memandangi Coki. Pandangannya seperti orang fly, ya gadis itu sedang terbang di dunia fantasi. Cairan vagina yang terus keluar mengalir ke anus membuat gerakan kont*l Feri semakin lancar. Kaki Nina mengejang dan teriakan lantang pun menyusul hingga Coki harus membekap mulut Nina. Dua tangan Coki berada pada dua mulut Nina. Feri terus memompa lubang Nina tanpa ampun. Ia belum juga ejakulasi meski tubuh Nina sudah terkulai lemas. Akhirnya crrott…crott…crot…crot. Semburan panas mengisi lubang anus Nina hingga ia terlonjak.

Bermain selama lima ronde berturut-turut membuat tenaga Nina habis. Begitu Feri melepaskannya, ia roboh tanpa bisa berkata-kata lagi. Ia baru membuka mulutnya setelah Adon kembali meraba payudaranya. “Besok… besok lagi saja, ya…,” ujarnya memelas dengan lirih

Mbak Dina, kakak iparku

0 comments


Aku seorang lelaki berusia 35 tahun, sudah beristeri dan mempunyai 2 orang anak. Kehidupan rumah tanggaku tergolong normal normal saja termasuk dalam masalah kehidupan seks. Kata orang aku ini ganteng dan atletis, ditambah dengan kedudukanku di perusahaan yang cukup lumayan sebenarnya banyak sekali cewek yang naksir kepadaku, tapi aku ini type orang yang alim dan setia sehingga sampai saat ini tidak terlintas dibenaku untuk berselingkuh.

Sebagai laki laki normal tentu saja aku mempunyai ketertarikan terhadap lawan jenis terutama cewek yang cantik dan seksi, tapi sebatas hanya menyukai dan mengagumi kecantikan mereka, paling banter Cuma sebatas mengkhayal bisa bercumbu dengan mereka.

Salah satu cewek cakep yang paling aku sukai adalah kakak iparku sendiri yaitu kakak kandung isteriku. Orangnya cantik, putih mulus dengan tubuh yang sintal berisi sangat seksi sekali. Yang menambah rasa suka ku kepadanya karena sifatnya yang sangat terbuka suka bercanda, orangnya gesit sangat aktif dan mandiri. Secara fisik sebenarnya sangat mirip dengan isteriku, Cuma isteriku mempunyai sifat sebaliknya yaitu agak tertutup, pendiam dan sangat penurut.

Itulah yang kadang-kadang sering membuatku berkhayal bisa bercumbu dengan kakak iparku yang lincah dan energik. Aku suka mencuri curi pandang kalau pas ke rumahnya, maklum kalu dirumahnya dia suka pake baju daster rumahan, sering kalau lagi ngobrol bisa melihat pahanya atau teteknya kalau lagi nyuguhin air minum.

Sejauh ini aku Cuma bisa berkhayal, maklum aku dan kakak iparku sangat saling menghormati. O... ya kakak ipar umurnya sama denganku 35 tahun, sudah punya anak 2, suaminya sudah lama menderita diabetes berat, dan yang aku dengar dari isteriku suaminya tersebut sudah lama tidak bisa menjalankan kewajiban seksualnya. Dan hal itu menambah khayalku kalau kalau kakak iparku itu sudah sangat kesepian. Tapi karena orangnya sangat energik terlebih dia juga sibuk dengan pekerjaannya secara kasat mata dia tidak kelihatan sebagai wanita kesepian, malah kelihatannya hapy hapy saja.

Suatu saat keluarga besarku mendapat undangan pernikahan saudara sepupu isteri saya, kebetulan banyak anggota keluarga yang sedang berhalangan, sehingga diputuskan sebagai wakil keluarga yang berangkat adalah aku dan isteriku serta kakak iparku, anak anaku dijaga ibu mertuaku.

Tempat undangan lumayan jauh kira kira butuh waktu 24 jam perjalanan darat, sehingga kami berangkat 2 hari sebelum hari H biar cukup waktu apalagi aku biasanya gak kuat nyupir malam hari, biasanya kalau kemalaman biasa nginep dijalan.

Kami berangkat pagi pagi sekitar jam 8 bertiga naik mobilku, tak terasa perjalanan sudah melewati waktu magrib, dan seperti yang sudah direncanakan kami akan beristirahat di hotel di kota J. Karena sedang musim libur rata rata hotel disitu sedang penuh, setelah cari cari hotel yang lumayan bagus dan harga terjangkau akhirnya dapat juga kamar Cuma tinggal satu kamar saja. Daripada gak dapat kamar akhirnya kami putuskan untuk nginep satu kamar bertiga.

Kamarnya cukup besar dengan satu tempat tidur besar. Sebelum masuk hotel kami telah makan malam sehingga di hotel tinggal tidur beristirahat untuk persiapan melanjutkan setengah perjalanan lagi. Isteriku dan kakak ipar ku selesai mandi, wow... mereka pake daster tipis diatas lutut... tiba tiba kontolku ngaceng dan libidoku semakin memuncak apalagi seminggu lebih aku belum ******* karena isteriku baru selesai menstruasinya hari ini. Yang semakin bikin aku terangsang adalah kakak iparku, dengan wangi segar sabun mandi, paha mulus serta bayangan tubuhnya yang menerawang dari daster tipisnya sehingga bisa kelihatan bayangan celana dalamnya dan teteknya yang gak pake BH.
Untuk menyembunyikan kegelisahanku aku cepet cepet ke kamar mandi aku mandi sambil membayangkan tubuh kakak iparku.

Selesai mandi aku pake kaen sarung, sengaja gak pake pijama biar longgar dan lebih leluasa ngelus ngelus kontolku. Setelah ngobrol sebentar kami pergi tidur satu ranjang bertiga, kakak ipar disisi kiri, isteriku di tengah dan aku di sisi kanan. Kami berselimut bertiga pake bed cover yang sangat besat dan tebal, tiba tiba kakak iparku memadamkan lampu semuanya... sialannn... padahal aku berencana mau melihat tubuh kakaku ketika dia sedang tidur

Maksudnya mau cepet tidur biar bisa istirahat, tapi ternyata mataku sulit terpejam hasrat pingin ngentotku semakin menggebu apalagi obyek khayalanku tidur sekasur denganku meskipun terhalang oleh isteriku. Kutempelkan badanku ke badan isteriku kuelus pelan tetek nya dengan hati hati tanpa banyak gerak karena takut ketahuan kakak ipar, isteriku menepiskan tanganku sambil berbisik ”jangan macem macem gak sopan kalau kakak ku tahu”

Kujawab dengan bisikan yang sangat pelan ” pelase... aku kepingin sekali, ditempelin aja pelan pelan”.
Kupeluk hati hati, kuciumi wangi badanya sambil mebayangkan sedang menggerayangi kakak iparku. Kuangkat kain sarungku dan kusibakan kiri kanan lipatan depan celana dalam ku sehingga batang kontolku dapat keluar persis ditengahnya. Lalu kuangkat daster isteriku, kuraba raba pahanya kemudian kurenggangkan. Tiba tiba tanganku dicubit nya dengan keras seraya berbisik lagi ”Jangan kurang ajar !! .. apa mas gak menghargai mbak Dina”

Yah .... akhirnya aku bener bener gelisah menahan hasrat yang semakin memuncak, aku Cuma bisa ngelus ngelus kontolku entah sampai jam berapa, namun karena kecapean akhirnya aku ketiduran juga sampai akhirnya aku terbangun karena isteriku bergerak gerak, ooo... rupanya kebiasaan isteriku menjelang jam 5 pagi dia suka buang air besar, tapi sebelum ke wc dia biasanya nepuk nepuk dulu perutnya sampai terasa kebelet sekali baru ke wc.

Dan rupanya memang betul, gak lama kemudian isteriku mnyingsingkan selimut dan pergi ke wc, sebetulnya aku mau nerusin tidurku karena masih ngantuk, tapi tiba tiba deg..... jantungku berdesir dan kontolku berdiri tegak lagi, aku baru sadar kalau disebelahku terbaring kakak iparku obyek khayalanku selama ini. Dan seolah ide cemerlang itu mengalir begitu saja, aku tahu persis kalau isteriku beol tiap jam 5 pagi biasanya butuh waktu 1 jam lebih, entah ada kelainan psikologis apa betul betul ada kelainan pencernaan dia butuh waktu berlama lama di wc sampai merasa beolnya tuntas.

Memikirkan peluang dan kesempatan itu yang belum tentu akan terjadi lagi, entah kenapa keberanianku pun semakin besar. Yes...! aku harus mendapatkanya sekarang !!!!.
Namun demikian otaku masih berjalan waras, biar gak terjadi sesuatu yang fatal aku akan berpura pura kalau yang sedang ke wc itu adalah kakak iparku sedangkan yang masih tidur disebelahku adalah isteriku yes... !!!!.

Kubuka mataku lebar lebar tapi yang kulihat hanyalah siluet karena kamar cukup gelap, aku menggeliat mendekati tubuhnya, kupeluk badannya ser..... alangkah halus kulit tangannya, ku elus elus teteknya dengan lembut, kuciumi pipinya sambil kujilat cuping telinganya, sementara tanganku satunya menggerayangi bagian bawah... oooo rupanya dasternya telah terangkat keatas sehinga tangan ku langsung menyentuh gundukan daging memeknya.. tiba tiba kurasakan badanya mengejang pasti dia bangun dan kaget, tangannya menepiskan tanganku, kurasakan wajahnya menoleh kewajahku, sebelum teriak kupeluk erat badanya seraya ku berbisik ke telinganya ” ssstttt.... mah mumpung mbak Dina lagi ke wc, yok kita main sepukul dua pukul”.

”pleaseee ... kita kan uah seminggu lebih gak ngentot” lanjutku lagi...

Entah bagaimana mimik wajahnya saat itu gak bisa kulihat karena gelap, tapi dia gak berteriak meskipun pahanya mengepit lebih rapat dan tanganya masih memegang tanganku.

Kulepaskan tanganku lalu kuselusupkan kedalam celana dalamnya kurasakan jembutnya dan tanganku terus menjalar sampai kusentuh belahan memeknya, ku gosok gosok pakai jari tengahku.. ku putar putar itilnya... dia diam saja meskipun pahanya masih agak kejang...tanganku satu lagi kuselusupkan kedalam daster atasnya ku elus elus teteknya... sambil kupilin pilin putingnya... hhhmmmm sungguh sangat sensasional... tak kusangka sangka ternyata khayalanku menjadi kenyataan meskipun dalam kegelapan dan berpura pura dengan isteriku....

Kuusap usap terus belahan memek dan itilnya, kurasakan semakin banyak cairan yang membasahi memeknya....ohhh shhhh, pahanya semakin lemas dan rilek.....dan kudengar dia mendesah tertahan....

Karena sudah gak tahan dan takut isteriku keburu selesai, maka segera kulaksanakan hasratku, sarung kulepas sementara seperti tadi batang kontolku kukeluarkan lewat lipatan depan celana dalam riderku, pas keluar ditengah tanpa harus melepas celana dalamnya.

Kurenggankan pahanya lalu kuturnkan celana dalamnya sedikit sehingga dengan mudah kusibakan samping celana dalamnya.

Aku berlutut diantara kedua kakinya kuarahkan kontolku melalui pinggir celana dalamnya dan kutempelkan pas dibibir memeknya, kuusapkan kan kontolku sambil mencari celah lubangnya, setelah sedikit menyeruak kutekan pelan ....ooooohhhh shhh... nikmatnya sentuhan ujung kontolku dengan lapisan labia mayoranya....

Kutekan pelan, sambil kugoyang goyang kan.... shhhh baru masuk kepalanya .....kutekan agak keras.... sleps...... kudengar dia meringis pelan, mungkin agak sakit karena kontolku gede sekali sementara memeknya sudah lama tidak pernah dientotin...

Kutekan sambil ku goyang pelan pelan.... oohhh sleps.... sleps.... lama lama akhirnya kontolku amblas juga semuanya........

Ku dengar istriku di wc mengguyurkan air ... masih ada waktu seperempat jam lagi, biasanya isteriku dua atau tiga kali cebok sambil mengguyurkan air, sampai dia betul betul selesai...

Kupercepat kocokanku takut isteriku keburu keluar, sleps... sleps... plok..plok suara paha beradu...... semakin lama semakin licin memeknya dan semakin lancar kocokanku.... tiba tiba kudengar gyuran air isteriku kedua kali nya semakin kupercepat kocokanku... oooo nikmat yang luar biasa..... sensasi yang sangat menakjubkan..... rasa nikmat berpacu dengan rasa deg degan karena takut isteriku keburu keluar... semakin kupercepat kocokan ku ... sleps... sleps....semakin geli kurasakan kontolku dan mbak Dina juga semakin tegang pahanya mengepit ketat pinggulku.... semakin kupercepat kocokan ku dann.... ohhhh....... crooott.... ccrrrooottt air maniku menyembur banyak sekali demikian juga kedua paha mbak dina semakin keras mengepit pinggulku dan kedua tangannya mencengkram bahuku...sayup sayup kudengar dia mendengus tertahan......


Kurebahkan tubuhku diatas tubuhnya ... sambil kuciumi pipinya..... kontolku masih menancap sambil merasakan nikmatnya kedutan kedutan bagian dalam memeknya.....

Kuberbisik ke telinganya ” Mah.... enak sekali baru kurasakan nikmat seperti ini”

”Kok Rasanya beda ya... apa karena terburu buru takut ketahuan mbakDina ya” lanjutku lagi ber pura pura

”kok diam saja mah......” bisku lagi

Terdengar lagi guyuran air ketiga kalinya, berarti kali ini isteriku telah benar benar selasai.. cepat cepat kucabut kontolku dan bergeser ke samping. Tak lama kemudian isteriku keluar kamar mandi dan langsung nyalakan lampu seraya dia berkata setengah berteriak ” ayoo... pada bangun sudah siang Nih..... mandi.... mandi”

Kucoba lihat wajah mbak dina tapi gak kelihatan karena karena dia mehhadap kearah sana sementara wajahnya ditutup tangannya.

Terus aku pura pura kaget ” lho Mama to.. pagi pagi sudah ... mandi !!!!!!”

”Biasa ... beol” katanya santai. ”Mau sekalian mandi tapi handuknya ketinggalan”, katanya lagi

Setelah mendapat handuk isteriku masuk lagi ke kamar mandi. Dengan pura pura kaget dan penuh penyesalan kuhampiri mbak dina ku elus pundaknya ”Mbak maafkan aku.... suerrr... aku kira yang kekamar mandi tadi mabak Dina” ujarku...

Tiba tiba dia berbalik dan Plakk!!!! Dua kali tamparan hinggap di pipiku. Kulihat dia nagis terisak.. ”mbak plesae maafin aku, aku sungguh gak nyangka kalau yang tadi itu mbak” pura pura ku lagi.....

Karena situasinya gak memungkinkanm aku gak ngomong apa apa lagi , takut jadi rame malah ketahuan isteriku.....Rupanya Mbak dina pun berpikiran sama dia segera merapaihkan badan dan wajahnya terus siap siap dengan handuknya...

Begitu isteriku selesai mandi, mbak dina langsung ke kamar mandi. Itulah pandainya Mbak Dina sehingga hari itu berjalan seperti tidak ada apa apa, sepanjang perjalanan dia bersikap seperti biasanya. Kecuali pas kita berdua sikapnya jadi lain dan kulihat masih ada raut marah di wajahnya.

Setelah kembali kerumah, ketika ada kesempatan berdua aku ngomong lagi ke dia dan minta maaf kalau itu gak sengaja, terus kutanya kenapa mbak dina gak bilang waktu itu...
”gak enak, takut kamu malu” katanya ”lagian mbak pikir isterimu ke wc gak akan lama, jadi gak akan keterusan” lanjutnya.

Tapi aku gak tanya lagi kenapa dia juga jadi pasrah dan orgasme, itu kusimpulkan sendiri karena Mbak dina sudah lama gak dientotin suaminya, secara naluriah dia juga sudah kepeingin dan terangsang.Sekali lagi yang ini gak ku tanyakan takut dia malu dan tersinggung.

Cuma aku jadi menyimpan harapan, sebenarnya mbak dina kalau sudah terangsang mau juga dientotin tapi kapan kesempatannya, apalagi setelah peristiwa itu dia jadi agak menghindari berduaan denganku.

Haruskah aku memperkosanya ....?

mbak arti, ipar ku

0 comments
Sore itu aku baru saja mengantar istriku Ine piknik ke Bali bareng-bareng murid SMU dan teman-temannya sesama guru. Aku antar sampai bis berangkat menuju Bali diiringi lambaian tangan istriku tercinta. Sebelum berangkat istriku berpesan agar segera mengembalikan uang yang dipinjamnya kepada istri kakaknya, yang berarti adalah kakak iparku juga yang bernama Arti. Walaupun cuaca agak mendung, tetapi kuantarkan juga uang itu kepada kakak ipar istriku. Sampai di sana ternyata sepi, nggak ada orang dan pintu rumah tertutup rapat. Ku ketuk pintu rumah "Dok..dok..dok....kula nuwun", sapaku. Nggak ada jawaban. Berulang-ulang kuketuk pintu juga nggak ada jawaban. Akhirnya iseng-iseng pegangan pintu ku dorong, ternyata pintu nggak terkunci. Teledor benar kakak iparku ini, begitu pikirku. Aku masuk ke kamar tamu, sepi. Sayup-sayup ku dengar suara gemercik air di kamar mandi belakang. Segera aku ke sana dan menyapa kakak iparku. "Mbak.. mbak" sapaku agak keras, karena suara air mandipun keras juga. "Siapa itu?" jawab dari dalam. "Aku...Unang" jawabku. "Ada apa.." tanyanya lagi. "Ini mbak aku disuruh Ine mengembalikan uang yang dipinjam kemarin" jawabku. "Ya..tunggu sebentar" jawab mbak Arti dari dalam kamar mandi. Akhirnya aku duduk-duduk di depan TV sambil menonton acaranya. Lima menit berlalu, sepuluh menit, limabelas menit sudah aku menunggu, ternyata mbak Arti belum juga kelar acara mandinya. Iseng-iseng aku bangkit menuju kamar mandi dan mencoba melihat dari luar apa yang sedang dilakukan kakak iparku ini. Waah....ada lubang kunci, itu cukup buatku untuk mengintipnya. Deg..plasss...jantungku seakan rontok melihat pemandangan yang belum pernah aku saksikan. Kulihat kakak iparku ini sedang menggosok-gosok badannya dengan sabun mandi sambil duduk di pinggir kamar mandi dengan kaki mengangkang. Terlihat jelas di mataku, karena posisi duduknya menghadap ke pintu kamar mandi. Wajahnya terlihat memerah, matanya tertutup rapat dan bibirnya menganga sambil sesekali mengeluarkan erangan halus, "ahhhhgg...ahhhhhg...ssshh". Kulihat payudaranya ranum banget, walaupun agak kecil, putingnya merah dan menegang, indah sekali. Pandangan ku alihkan ke bawah. Srettt..darahku mendidih seketika, karena vagina-nya terlihat sangat bagus, seperti mawar merah yang sedang merekah, yang sekelilingnya dihiasi dengan bulu-bulu halus membentuk lingkaran di sekitar mulut luar dan sekitar perut. Mbak Arti terus menggosok payudara dan vaginanya sambil pantatnya bergoyang-goyang. Diantara keluarga kami, mbak Arti ini mempunyai pantat yang paling bagus, padat dan besar, tetapi serasi dengan bentuk tubuhnya. Ohhh. Rupanya kakak iparku ini sedang masturbasi. Aku tak begitu saja menyia-nyiakan kesempatan ini. Kuteruskan kegiatanku mengintip. Pantat mbak Arti semakin bergetar keras ketika jarinya menyentuh klitoris yang menyembul di antara vagina-nya. Digosoknya vagina-nya dengan gerakan memutar seirama dengan goyangan pantatnya. Mungkin sudah klimaks, karena kulihat mbak Arti mengejang dan meluruskan kakinya sambil menciumi ketiaknya sendiri. Khawatir ketahuan aku segera berjingkat-jingkat menuju depan TV dan kembali duduk, Pura-pura membaca Koran yang ada di depanku. Jegleggg...pintu kamar mandi dibuka. Kakak iparku keluar dari kamar mandi dengan mengenakan daster tipis tembus pandang, hingga membuat tenggorokanku kering menahan gejolak seksku yang kian meninggi. Tetapi aku pura-pura acuh dan bertanya "Mas Dwi pergi ke mana to mbak" tanyaku basa-basi. "Masmu baru penataran di Ungaran selama 3 hari, tadi siang baru berangkat, mbak mengantar sampai terminal" sahutnya. Wahhh..duda ketemu janda nich, pikirku. "Ini mbak titipan dari Ine, mohon maaf karena baru sekarang baru bisa ngembali’in" kusampaikan permintaan maaf istriku sambil memberikan amplop berisi uang "Ah..nggak apa-apa" sahutnya. Baru berbincang-bincang sebentar, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya seakan-akan mengguyur bumi ini. "Waduh..hujan" kataku memecah suara hujan yang jatuh di atas genting. "Ya berteduh dulu to di sini, nggak usah sungkan, wong di rumah saudara aja. Sebentar mbak buat’in minuman hangat" sahutnya. Mbak Arti berjalan ke dapur. Cleguk...aku menelan ludah karena kulihat pantat mbak Arti bergoyang ke kanan dan ke kiri, seakan-akan menantang setiap lelaki untuk menjamahnya. Kulihat terus setiap gerakan tubuhnya dengan seksama. Darahku seakan berhenti ketika kakak iparku ini mengaduk minuman di gelas. Seluruh tubuhnya bergoyang, payudaranya, perutnya, pantatnya pokoknya syuur banget. Tiba-tiba dia lari dari dapur menuju ke arahku dan memelukku erat-erat sambil berteriak, "Dik Unang, kakak jijik lihat kecoa di dekat gelas itu" katanya sambil menunjuk ke arah dapur. "Tenang mbak, tenang, ayo kita bunuh kecoa itu" sahutku sambil tetap memeluk kakak iparku itu dan berjalan menuju dapur. Dengan sebuah gagang sapu, kubunuh kecoa itu dan kubuang ditempat sampah, tetapi anehnya kegiatan itu kulakukan dengan tetap berpelukan dengan kakak iparku itu. Jantungku mulai berdetak sembarangan. Nafsu mulai naik ke ubun-ubun. Tiba-tiba kedua mata kami beradu pandang, lama sekali sambil nafas kami terengah-engah. Sementara hujan berubah menjadi rintik-rintik, mendukung suasana menjadi dingin dan sepi. Nggak sadar, entah siapa yang memulai, bibir kami saling berpagut, hangat. Kulumat bibir kakak iparku itu dengan penuh nafsu. Sekali-sekali kugigit bibirnya dan kumainkan lidahku di atas langit-langit mulutnya. Nafsu seks sudah mengasai kami berdua. Aku tahu itu tidak boleh, tetapi kami nggak kuasa untuk menghentikannya. Kami semakin tenggelam dalam birahi. Kini leher jenjang kakak iparku menjadi sasaranku berikutnya. Kuciumi dan kujilat sepuasnya. Hampir saja aku mencipok lehernya itu, kalau tidak ditepis oleh kakak iparku itu dan memprotes, "Jangan dik..nanti membekas", larangnya. Kemudian kujilat kuping belakang mbak Arti sambil kubisikkan sesuatu. Ia mengangguk. Sambil masih tetap berdiri di pinggir wastafel dapur kulepas pakaiannya satu per satu. Hingga kini tak selembar benangpun melilit tubuhnya. Kupandangi tubuh indah itu sampai lama, hingga lidahku tahu-tahu sudah memainkan puting payudara yang sudah memerah tegang itu. Pelan-pelan kaki kanannya ku angkat dan kuletakkan di pinggir wastafel itu. Jemarikupun refleks memainkan bulu-bulu halus di sekitar vaginanya. Kudengar kakak iparku melenguh-lenguh tanda terangsang. "Ah.... ouhgh..... sshh.... nikmat.. terus....". Dengan penuh nafsu serangan kuteruskan dengan lidah di bibir vaginanya yang sudah basah oleh cairan hangat itu. Kujilat–jilat mesra sambil sesekali menggigit bagian dalam bibir vagina itu. Rupanya seranganku membuahkan hasil. Mbak Arti bergetar keras dan mengajakku pindah ke sofa. Kami duduk berpangkuan sambil terus melakukan kontak seksual. Kini giliran Mbak Arti yang gantian menyerangku. Dicopotinya semua pakaianku. Ia sempat terbelalak begitu melihat penisku. Entah apa yang dirasakannya. Yang jelas ia langsung melahap penisku sampai habis. Diisap-isap, dikocok-kocok dan dijilati sampai puas. Gantian aku yang menggelinjang hebat, karena terus terang aku sudah terangsang ketika aku mengintip kakak iparku ini mandi. "Mmmmhhhh....srup....srup.." penisku dihisap-hisap sampai badanku merinding semua. Ia memandang mataku dan memberi tanda agar pindah ke kamar tidurnya. Kami berbaring dengan ambil posisi 69. Kini didepan wajahku terpampang vagina yang menganga dan memerah. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, langsung ku serang vagina itu hingga Mbak Arti menggelinjang penuh kenikmatan. Tetapi sebaliknya Mbak Artipun semakin gencar menyerang peny-ku dengan tak kalah hebatnya. Tiba-tiba ia bangun dan mendorongku hingga jatuh telentang. Hujan belum juga berhenti. Dalam hati kunyayikan lagu anak-anak yang kugubah syairnya, TIK..TIK...TIK BUNYI HUJAN DI ATAS RANJANG. Ia mulai ambil posisi membelakangiku dan membimbing peny-ku masuk ke dalam lobang vagina yang sudah becek itu disertai gerakan naik turun. Pelan-pelan....agak cepat....sampai seperti kesetanan ia terus menggoyang pantatnya naik turun. Kuimbangi gerakannya dengan mendorong peny-ku maju mundur. Mulutnya menceracau tak karuan. Dengan masih melakukan gerakan tadi kuremas-remas payudara yang kini semakin mengeras itu. Hingga akhirnya ia menjerit kecil "Ohhhh..aku sudah nggak tahan lagi dik....Ahsh..". Segera kuambil posisi konvensional. Kutelentangkan ia, pahanya ku buka lebar-lebar dan tumitnya kuletakkan di bahuku. Kuterobos lubang menganga itu dengan rudalku, dan kuserang habis-habisan. Permainan ini kami lakukan hampir 1 jam, sampai kakak iparku berdesah hebat sambil berkata "Ahg....ough..sh... Aku mau keluar dik. Ohhhg". Kutambah kecepatan permainanku karena akupun sudah mendekati detik-detik orgasme. Kurasakan darah mengalir dari seluruh tubuh ke peny-ku Kugoyang, kugoyang dan kugoyang terus, sampai masing-masing kami mencapai puncak kenikmatan dengan kusemburkan mani ku ke dalam vagina kakak iparku itu sambil memeluknya erat-erat. Sepuluh menit kami berpagut mesra. Hingga akhirnya kami kenakan pakaian kami kembali. "Mbakkk.." panggilku. "Mmhhhhh.." jawabnya manja. "Aku sebetulnya sudah mengintip waktu mbak tadi mandi" godaku. "Ahhhh..kamu nakal.." sungutnya sambil mencubit lenganku keras-keras. Senda gurau berakhir sampai aku berpamitan pulang dan kebetulan hujan sudah agak reda. Sebelum pulang kucium mesra pipi dan bibirnya sambil kubisikkan di telinganya "Mbak adalah kakak iparku tersayang".

kesalahan yg indah

0 comments


Sebelumnya aku memohon maaf karena didalam cerita ini nama dan kota adalah samaran, karena sekarang aku adalah seorang enterteiner yang pasti anda kenal. Aku adalah seorang Pria dan panggil saja aku Exel (ins). sewaktu SMA aku sangat nakal dan gila akan adventure. dan Inilah ceritaku yang nyata…

dikota itu aku sangat terkenal karena aku memimpin sebuah kelompok pecinta misteri alam yang diakui, sehingga tak sedikit orang yang memujaku.

aku memiliki seorang kekasih bernama Vivi (ins), tentunya sex bukanlah hal tabu untuk kami berdua dan dia selalu ikut kemanapun aku pergi termasuk ketoilet karena aku tinggal sendiri dirumah orang tuaku sedangkan dia adalah seorang wanita mandiri yang saat itu telah berusia 23tahun dan memiliki karir yg bagus.

Vivi juga seorang gadis pemanjat tebing yang hebat, sehingga pada akhirnya dia menjadi pacarku. dia memiliki tubuh yang sangat indah dan terlihat sangat feminim, sebenarnya dia lebih pantas menjadi model atau artis. Vivi memiliki seorang adik angkat bernama Lola (ins), Lola adalah seorang anak broken home yg lugu, Vivi mengasuhnya sejak berumur 14tahun sampai aku mengenalnya saat dia telah berumur 17 tahun.

hingga pada suatu hari aq harus pergi kesalah satu hutan yang paling berbahaya disebuah kota dikepulauan itu, Vivi tak dapat ikut bersamaku karena dia harus keluar negri jadi dia menyuruh Lola untuk pergi denganku dan teman2ku yang lain. sebelumnya Lola juga sering ikut bersama kami dan dia termasuk gadis yang tangguh untuk medan adventure.

kamipun pergi, Lola yang menganggapku seperti kakaknya juga tak merasa risih ataupun takut sama sekali, padahal dia perempuan satu2nya saat itu karena misi ini sedikit berbahaya aku tak mengajak anggota lain dan hanya membawa 4 temanku yang benar2 hebat dalam adventure.

singkat cerita, terjadi sesuatu hal yang membuatku luka parah dan nyaris mati.

Lolalah yang menjagaku didalam tenda berdua sedangkan temanku yang lain sedang berpencar untuk mencari apa yang ingin kami temukan disitu.

sekitar jam 23… aku terbangun dan aku merasa jauh lebih baik, aku melihat Lola terbaring disampingku dengan switer ketat sambil kedinginan.

“anak ini tampak lugu sekali”fikirku, awalnya tak ada niatku untuk melakukan apa2, aku hanya merapat dan berusaha menghangatkannya sebagai tanda terima kasihku. saat kulihat dia tidur pulas aku berfikir sangat kotor “gila,ni anak belum pernah ciuman ataupun ML padahal tubuhnya sangat bagus apalagi bibirnya” aku tak mampu menahan nafsuku yang menggebu dikala malam yang dingin ini, aku perlahan mendekati wajahnya dan melumat bibirnya dengan lembut. Ia terbangun dan membuatku sangat terkejut, “kakak?” tegurnya.

“maaf La, kakak ga bermaksud gitu” jawabku gugup, tiba2 dia tersenyum dan berkata “jujur selama ini, aku menunggu kakak yang menciumku untuk pertama kalinya”. aku sangat terkejut, anak selugu dia bisa berfikir untuk merebut pacar orang yang paling melindunginya. namun aku makin tak perduli dan aku langsung menciumnya lagi. cukup lama aku melumat bibirnya dan berusaha memainkan lidahnya, dia tampak gugup dan sangat pasif hal ini membuat aku kesal karena aku terpaksa untuk mengajarinya.

aku melumat bibirnya tanpa lepas dan aku mulai meraba payu daranya yang tidak begitu besar, awalnya ia mencoba menahan tanganku namun akhirnya ia pasrah. kini aku bekerja cukup keras, melumat bibir dan memainkan dada seorang gadis amatir sangatlah melelahkan. akhirnyapun aku mencoba melepas switernya dan dia menurut, namun bibirku berusaha untuk tetap dekat dengan bibirnya karena aku takut dia tiba2 sadar dan menghentikan permainan yang lebih lanjut tentunya hal ini bisa membuatku gila!

kini ia hanya menggunakan kaos tipis tanpa bra didadanya,putingnya tampak mengeras dan aku merabanya dari dalam baju sambil terus melumat bibirnya.

kini aku menarik celana panjangnya yang tebal, dia berhenti dan membuatku terkejut. “kakak yakin akan melakukan ini?”tegurnya, “pertanyaan itu sebaiknya untukmu”jawabku, karena aku tak ingin dilihat sebagai PK(penjahat kelamin). “terserah kakak” jawabnya. aku tak melepas kesempatan ini, aku langsung melucuti kaos dan celananya hingga ia hanya menggunakan underware pink saja,aku lbih suka permainan yg seperti ini. pelan tapi pasti!

kami berciuman hebat dan tangannyapun mulai beraksi, “wow, anak ini cepat mengerti rupanya”pikirku. tangannyapun mulai menghelus tongkolku dari luar celana, aku berhenti mengerjai bibirnya dan aku berlanjut pada putingnya yang orisinil itu. dia mengerang kuat saat aku mengisap putingnya dan tanganku yang satu meraba puting yang sebelah. aku menjilati sambil sesekali menggigitnya lembut sehingga ia benar2 menikmati permainan pertamanya ini.

tangannya terus mengelus tongkolku yang mulai mengeras, namun aku tak perduli aku harus tetap fokus pada tubuhnya yang tak boleh aku sia2kan.

disaat mulutku tetap berada pada putingnya tanganku yang satu mulai menjamah lubang kenikmatannya yang telah becek, kini ia menggerang lebih kuat saat aku mulai meraba meki indahnya dari dalam underwarenya. ia menghentikan helusannya ditongkolku, namun hal ini malah membuatku jadi bersemangat untuk menyetubuhinya.

perlahan aku menjilati putingnya dan turun hingga keperutnya, aku melihat wajahnya yang sangat menikmati. “tunggu sebentar sayang,ini baru permulaan”pikirku. aku turunkan underwarenya perlahan, dan langsung menghisap mekinya yang telah basah. wajahku terasa anyir namun aku menukmatinya, aku jilat terus sambil tangan kananku meraba susunya yang sudah keras sejak tadi tampaknya ia tak sabar untuk merasakan permainan yg sesungguhnya.

mulutku terus aktif dengan mekinya dan aku mencoba membuka celanaku yg dari tadi seudah tak terkancing,kini aku hanya menggunakan underware dan kaos. aku menghelus pahanya yang mulus dan menjilatinya sebentar lalu kembali kemeki yang basah, dia tampak tak kuat dan menarik kepalaku dan menciumi bibirku. “kak jangan main2 lagi, masukin aja”katanya sambil melumat bibirku, akupun melepas bajuku sehingga hanya underware yg tersisa. aku berdiri dengan tenang untuk sesaat dan melihatinya dengan santai dari ujung kaki hingga kepalanya, aku merasa tak percaya bahwa aku akan mengent*t orang yg paling disayangi oleh pacarku sendiri.

tapi kemulusan tubuhnya membuatku menepis rasa bersalah itu, tampak jelas sekali saat aku berdiri, kakinya yang indah tanpa cacat, mekinya yg dihiasi dengan bulu2 tipis yg basah saat itu, susunya yang telah mengacung, dan bibirnya yang merekah indah, dia tersenyum dan berkata “tunggu apalagi sayang”.

aku tersenyum seperti setan, aku lepaskan celanda dalamku yang menutupi tongkolku yang telah menanti sentuhan lembut tubuh Lola.

dia tersipu malu melihatku dan aku perlahan duduk kembali,perlahan aku melihat tubuhku yang terluka karena accident tadi sore membuatku sedikit canggung untuk bermain hebat karena aku takut kalau jahitannya akan terbuka lagi, Lola mencoba meyakinkanku bahwa lukaku akan baik2 saja.

dia menghelus lembut luka2ku yang dibaluti dengan perban dan menciuminya sedangkan tangannya mulai mengelus tongkolku.

“ini yang namanya penis ya kak?”tanyanya, “ini rudal meki La”jawabku tenang, dia tertawa namun tetap bernafsu. dia semakin kencang memainkan tongkolku, dalam posisi duduk seperti ini aku merasa sangat tak nyaman dengan kocokannya ditambah lagi luka2ku mulai terasa perih karena keringat.

aku membaringkan tubuhnya dan mengangkangkan kedua kakinya hingga terlihat jelas lubang meki yang sempit nan menggairahkan itu. “jangan dilihat kak, aku malu”tegurnya, aku langsung menjilati mekinya dan memainkan klitorisnya dengan lidahku.

dia kembali mengerang keras dan kini ia tampak akan orgasme untuk pertama kalinya, ” AH OHHH KAK, AH AKU MAU…”desahnya. aku semaikn gila dan kini aku mulai menggunakan jariku untuk sedikit meregangkan lubangnya, dia menggejolak hebat dan terus mendesah ga karuan… tiba2 BLESHH,,,BLESH dia orgasme hebat dan mebasahi tanganku “AAAH OOOH, ENAK KAKAK SAYANG,,, TERUSIN JANGAN BERHENTI”…

pada saat seperti ini adalah saat yang bagus untukku mulai kepermainan yang sebenarnya, aku menjilati putinganya dan mulai mengarahkan tongkolku yang gagah kearah lubang senggamanya yang becek, aku menggesekan tongkolku kepermukaan mekinya dan iapun semakin mendesah “masukin kak, robek perawan aku”. kini perlahan aku masukan kepala tongkolku yang cuku besar kelubang mekinya, ia merintih sakit sambil nikmat, meskipun cukup sulit aku tetap berusaha memasukan tongkolku,mungkin ukuran tongkolku dan lubang senggamanya jauh berbeda sehingga membuat dia semakin kesakitan.

kinni aku mencoba lebih keras dan memintanya untuk menahan rasa sakitnya, BLESSSHHH… tongkolku berhasil masuk walaupun hanya kepalanya tapi ini membuat mekinya mengeluarkan darah cukup banyak namun hal ini tak membuatku khawatir karena aku sering melakukan ini sebelumnya dengan perawan2 lain. dia merintih kuat, namun aku langung melumat bibirnya agar ia tak begitu merasakan sakitnya. perlahan aku maju mundurkan posisi tongkolku yang perlahan masuk kedalam mekinya.

desahan dan rintihan sakitnyapun kini menjadi satu, setidaknya situasi lebih terkendali. kini aku lebih bersemangat untuk fokus pada gerak tongkolku dan mekinya, meskipun ia merasa sakit ia tetap berusaha menikmati permainan.

aku terus menggenjot mekinya yang telah becek oleh cairan ovum dan darah perawannya.

“AAAHM OH, TERUS KAK, ENAK, UH UH, MASUKIN LABIH DALEM KAK…”

tampak ia sudah mulai tenang, aku semakin semangat untuk menggenjot pepeknya lebih dalam. aku merasa tongkolku dijepit dengan keras, mungkin karena pepek ini baru sekali menerima tongkol mengebornya tak bera[a lamapun ia kembali orgasme namun aku tak perduli dan tetap menggenjotnya.

beberapa menit berlangsung dengan gaya standart, lalu aku memintanya untuk dogistyle. aku terpaksa harus sedikit mengarahkannya karena ia awam dengan hal ini, posisi dogi ini sangat sempurna untuk benar2 menjebolkan pertahanan memiawnya sehingga kini aku tak tanggung2 untuk menggenjotnya. dia merintih kesakitan n memintaku untuk lebih perlahan. aku menurut namun tetap menggenjotnya dengan lebih tenang,”ahhhhh ohhhhh, aku mau keluar lagi kak…”katanya,”sabar sayang, barengan aja”tegasku. akupun mulai tak kuat menahan permainan ini, kugenjot lebih cepat mekinya sehinga dia mendesah lebih kuat dan BBLESH BLESSH… dia orgasme untuk ketiga kalinya dan aku semakin kencang menggenjotnya dan akhirnya CROOOT…crooot…crooot… berkali kali aku menembakkan pejuku diliang senggamanya, sengaja kutak mengeluarkan diluar karena ini akan mengurangi kenikmatan permainan pertamanya.

aku mendesah nikmat pada akhir permainan,akupun langsung memeluknya dan menciumi tubuhnya… kubiarkan tongkolku meredam dengan sendirinya didalam memiawnya yang basah. kami berpelukan erat sambil berciuman, lalu ia berkata “aku takut hamil kak”, “tenang aja banyak solusi koq”jawabku dengan tenang sambil mendorong majukan tongkolku yang sudah melemah didalam memiawnya. dia tersenyum tenang, kulihat waktu sudah pukul 01… tak terasa permainan begitu melelahkan, aku mencabut konttolku perlahan dan berbaring disisinya. Ia mempertanyakan tentang Vivi padaku namun aku hanya diam, diapun akhirnya diam sambil mengelus tongkolku yang becek karena pejunya.

lukaku kini terasa semakin perih, namun helusan tangannya yang lembut membuat tongkolku kembali tegang. kamipun melakukannya sekali lagi dengan gaya yang baru. pukul 2 lewat aku kembali berpakaian sedangkan dia tampak tidur pulas tanpa busana dan hanya kututupi dengan selimut tebal.

aku keluar dari tenda dan aku sangat terkejut ternyata dua temanku sudah duduk sekitar 7 meter dari tendaku, mereka diam sambil merokok. mata mereka menunjukan kekecewaan besar padaku.

aku mendekati mereka dan membakar sebuah rokok, kami hanya bertatapan tanpa berbicara sepatah katapun.

aku menyadari bahwa mereka kecewa bukan karena aku ngent*t dihutan ini karena aku memang sering melakukannya pada Vivi dan cewe sebelum Vivi itu sebabnya aku dianggap paling gila, tapi mereka kecewa karena aku dan Lola telah menghianati Vivi. mereka sangat mengagungkan Lola, dan bangga Lola ada dalam timku karena kejadian ini mungkin semua akan berubah.

3hari kemudian kami kembali, meskipun telah menemukan apa yang kami cari tapi kami merasa kalah karena salah 1 temanku meninggal dihutan itu.

aku dihantui rasa bersalah yang tiada tara, aku rasa kesalahan yang aku buat itulah yang membuat aku harus kehilangan salah satu temanku yang terhebat.

Timku mulai kacau, meskipun Vivi tak tahu apa yang terjadi antara aku dan Lola dan teman2kupun bungkam.

gilanya aku tetap melakukan hubungan itu dengan Lola, beberapa kali kami check in dan ngent*t karena terlalu beresiko untuk melakukannya dirumahku.

teman2ku pada akhirnya memaafkanku dengan syarat aku menghentikan perbuatan gilaku kepada Lola dan Vivi.

akupun menjauhi Lola dengan perlahan namun hal ini malah membuat Lola menceritakan kejadian sebenarnya pada Vivi sepulang Vivi dari rumahku yang baru saja selaesai ngent*t denganku.

Vivi yang amat terpukul akan cerita itu membuatnya bingung siapa yg harus disalahkan, orang yg sangat dia sayangi atau pria yg paling ia cintai.

kegoisanku mengambil keputusan untuk pergi dari kota itu dan meninggalkan mereka, aku menyerahkan kepemimpinanku pada temanku yang paling aku percaya.

aku pergi meninggalkan mereka hingga hari ini, terakhir aku dengar Vivi membuka usaha tekstil yang maju pesat dan belum menikah sedangkan Lola pergi meninggalkan kota itu juga dan terkahir aku dengar Lola telah meninggal karena kecelakaan.

Kesalahan ini membuatku tak bisa memejamkan mataku dengan tenang disetiap malam2ku. aku berharap dimanapun mereka berada, aku selalu memohon maaf atas semua dosaku.

akan ada satu ceritaku lagi dilain kesempatan yang akan kubeberkan pada kalian,

tujuanku hanya 1 jangan lakukan kesalahan yang tak kau mengerti karena kau hanya akan menyesali kesalahan itu.

Cie Yeni yang Hot

0 comments


Sewaktu aku pertama kali mengenalnya, Tante Yeni berusia 35 tahun. Sudah menikah dan mempunyai tiga orang anak, dua laki-laki bernama Edy dan Johan serta si bungsu Cynthia. Waktu itu aku masih bekerja freelance sebagai programmer. Tante Yeni adalah pengusaha mini market dan dia menghubungiku untuk membuatkan sebuah program database yang akan digunakan di mini marketnya. Tante Yeni seorang keturunan chinese dan jawa. Orangnya mungil dengan tinggi 155 cm dan berat 50 kg. Cukup seksi untuk seorang berusia 35 dengan tiga orang anak. Payudaranya berukuran 36A. Rambutnya lurus dan berkacamata minus. Tante Yeni cukup cantik karena sebagai pengusaha dia sangat memperhatikan penampilan dan kebugaran tubuhnya. Orangnya teliti, tegas, agak acuh dan tipikal wanita yang mandiri Setelah aku menyelesaikan program mini marketnya, aku mengantarkannya ke rumahnya yang hanya berjarak sepuluh menit dari rumahku. Tante Yeni tidak ada dan di rumahnya hanya ada si bungsu Cynthia dan pembantunya, Mbak Ning. Cynthia yang masih kelas 4 SD sedang bermain-main boneka. Aku sangat menyukai anak kecil. Melihat Cynthia, aku jadi ingin bermain-main dengannya. Beralasan menunggu Tante Yeni pulang, aku kemudian meluangkan waktuku untuk bercakap-cakap dengan Mbak Ning dan bermain boneka dengan Cynthia. Tak lama aku mulai akrab dengan Mbak Ning dan Cynthia. Mbak Ning ini, biar pun pembantu rumah tangga, tetapi sikap dan cara berpikirnya tidak seperti gadis desa. Dia cukup cerdas dan bagiku, hanya kemiskinanlah yang membuatnya harus rela menjadi pembantu. Seharusnya dia bisa menjadi lebih dari itu dengan kecerdasannya. Setelah hampir satu jam aku di sana, Tante Yeni pulang. Kulihat dia agak heran melihatku bermain-main dengan Cynthia dan mengobrol santai dengan Mbak Ning. "Kamu bisa akrab juga dengan Cynthia.. Padahal si Cynthia ini agak sulit berinteraksi lho dengan orang baru.." sapa Tante Yeni ramah. Harum tubuhnya membuatnya terlihat semakin cantik. "Iya nih.. Mungkin Cynthia suka dengan Om Boy yang lucu..

Ya kan Cynthia?" candaku sambil mengusap kepala Cynthia. Gadis kecil itu tersenyum manis. "Kau bawa programnya ya? Ada petunjuk pemakaiannya kan?" "Ada dong. Tapi untuk mempercepat, sebaiknya aku menerangkan langsung pada karyawanmu, Cie." Aku sengaja memanggil Tante Yeni dengan panggilan "Cie" karena dia masih terlihat sebagai wanita Chinese. Lagipula, panggilan "Cie" akan membuatnya merasa lebih muda. Sejak hari itu, aku semakin akrab dengan keluarga Tante Yeni. Apalagi kemudian Tante Yeni memintaku untuk memberikan kursus privat komputer pada Edy dan Johan, dua anaknya yang masing-masing kelas duduk di kelas 1 SMP dan kelas 6 SD. Sedangkan untuk Cynthia, aku memberikan privat piano klasik. Karena rumahnya dekat, aku mau saja. Lagi pula Tante Yeni setuju membayarku tinggi. Aku dan Tante Yeni sering ber-SMS ria, terutama kalau ada tebakan dan SMS lucu. Dimulai dari ketidaksengajaan, suatu kali aku bermaksud mengirim SMS ke Ria yang isinya, "Hai say.. Lg ngapain? I miz u. Pengen deh sayang-sayangan ama u lagi.. Aku pengen kita bercinta lagi.." Karena waktu itu aku juga baru saja ber-SMS dengan Tante Yeni, refleks tanganku mengirimkan SMS itu ke Tante Yeni! Aku sama sekali belum sadar telah salah kirim sampai kemudian report di HP-ku datang: Delivered to Ms. Yeni! Astaga! Aku langsung memikirkan alasan jika Tante Yeni menanyakan SMS itu. Benar! Tak lama kemudian Tante Yeni membalas SMS salah sasaran itu. "Wah.. Ini SMS ke siapa ya kok romantis begini.." Wah, untung aku dan Tante Yeni sudah akrab. Jadi walaupun nakalku ketahuan, tidak masalah. "Maaf, Cie. Aku salah kirim. Pas lagi horny nih. Maaf ya Cie.." balasku. Aku sengaja berterus terang tentang 'horny'ku karena ingin tahu reaksi Tante Yeni. "Wah.. Kamu ternyata sudah berani begituan ya! SMS itu buat pacarmu ya?" "Bukan Cie. Itu TTH-ku. Teman Tapi Hot.. Hahaha.. Tidak ada ikatan kok, Cie.." Beberapa menit kemudian, Tante Yeni tidak membalas SMS-ku. Mungkin sedang sibuk. Oh, tidak, ternyata Tante Yeni meneleponku. "Lagi dimana Boy?" Tanya Tante Yeni. Suaranya lebih akrab daripada biasanya. "Di kamar sendirian, Cie. Maaf ya tadi SMS-ku salah kirim. Jadi ketahuan deh aku lagi pengen.." jawabku. Kudengar Tante Yeni tertawa lepas. Baru kali ini aku mendengarnya tertawa sebebas ini.

"Aku tadi kaget sekali. Kupikir si Boy ini anaknya alim, dan tidak mengerti begitu-begituan. Ternyata.. Hot sekali!" "Hm.. Tapi memang aku alim lho, Cie.." kataku bercanda. "Wee.. Alim tapi ngajak bercinta.. Siapa tuh cewek?" "Ya teman lama, Cie. Partner sex-ku yang pertama." Aku bicara blak-blakan. Bagiku sudah kepalang tanggung. Aku rasa Tante Yeni bisa mengerti aku. "Wah.. Kok dia mau ya tanpa ikatan denganmu?" tanyanya heran. Aku yang dulu juga sering heran. Tetapi memang pada kenyataannya, sex tanpa ikatan sudah bukan hal baru di jaman ini. "Kami bersahabat baik, Cie. Sex hanya sebagian kecil dari hubungan kami." Jawabku apa adanya. Aku tidak mengada-ada. Dalam beberapa bulan kami berteman, aku baru satu kali bercinta dengan Ria. Jauh lebih banyak kami saling bercerita, menasehati dan mendukung. "Wah.. Baru tahu aku ada yang seperti itu di dunia ini. Kalau kalian memang cocok, kenapa tidak pacaran saja?" "Kami belum ingin terikat. Terkadang pacaran malah membuat batasan-batasan tertentu. Ada aturan, ada tuntutan, ada konsekuensi yang harus ditanggung. Dan kami belum menginginkan itu." "Lalu, apa partnermu cuma si Ria dan partner Ria cuma kamu?" selidik Tante Yeni. "Kalau tentang Ria aku tidak tahu. Tapi tidak masalah bagiku dia bercinta dengan pria lain. Aku pun begitu. Tapi tentu saja kami sama-sama bertanggung jawab untuk berhati-hati. Kami sangat selektif dalam bercinta. Takut penyakit, Cie." "Oh.. Safe Sex ya? " "Yup! Oh ya dari tadi aku seperti obyek wawancara. Tante sendiri bagaimana dengan Om? Kapan terakhir berhubungan sex?" tanyaku melangkah lebih jauh. Kudengar Tante Yeni menarik nafas panjang. Wah.. Ada apa-apa nih, pikirku. "Udah kira-kira 2 bulan yang lalu, Boy." Jawabnya. Lama sekali. Pasti ada yang tidak wajar. Aku jadi ingin tahu lebih banyak lagi. "Ko Fery Impotent ya Cie?" "Oh tidak.. Entah kenapa, dia sepertinya tidak bergairah lagi padaku. Padahal dia dulu sangat menyukai sex. Minimal satu minggu satu kali kami berhubungan." "Lho, Cie Yeni berhak minta dong. Itu kan nafkah batin. Setiap orang membutuhkannya. Sudah pernah berterus terang, Cie?" tanyaku. "Aku sih pernah memberinya tanda bahwa aku sedang ingin bercinta. Tetapi dia kelihatannya sedang tidak mood. Aku tidak mau memaksa siapa pun untuk bercinta denganku." "Oh.. Kalau Boy sih tidak perlu dipaksa, juga mau dengan Cie Yeni.." godaku asal saja. Toh kami sudah akrab dan ini memang waktu yang tepat untuk mengarah ke sana. "Boy, kamu itu cakep. Masa mau dengan orang seumuran aku? Suamiku saja tidak lagi tertarik denganku.."

"Cie Yeni serius? Aku tidak menyangka lho Cie Yeni bisa bicara seperti ini. Cie Yeni masih muda. 35 tahun. Seksi dan modis. Kok bisa-bisanya rendah diri ya? Padahal Cie Yeni terlihat sangat mandiri di mataku.." aku tak bisa menyembunyikan keterkejutanku. Bagaimana bisa, sebuah SMS salah sasaran, dalam waktu singkat bisa berubah menjadi obrolan sex yang sangat terang-terangan seperti ini. "Kamu lagi nganggur kan? Datang ke rumahku sekarang ya? Suamiku tidak ada di rumah kok. Dia masih di kantor." Telepon ditutup. Darahku berdesir. Benarkah ini? Seperti mimpi. Sangat cepat. Bahkan aku tidak pernah bermimpi sebelumnya untuk mendapatkan Tante Yeni. Selama ini aku sangat menghormatinya sebagai clientku. Sebagai orang tua dari murid privatku. Bergegas aku mengambil kunci mobil dan pergi ke rumah Tante Yeni. Di sepanjang jalan aku masih tak habis pikir. Apakah benar nanti aku akan bercinta dengan Tante Yeni? Rasanya mustahil. Ada Cynthia dan Mbak Ning di rumahnya. Belum lagi kalau ternyata Edy dan Johan juga sudah pulang dijemput sopirnya. Sampai di rumah Tante Yeni, ternyata rumahnya sedang sepi. Cynthia sedang tidur dan hanya Mbak Ning yang sedang santai menonton televisi. "Di tunggu Ibu di ruang computer, Kak." Kata Mbak Ning.

Dia memanggilku 'kakak' karena usiaku masih lebih tua darinya. "Oh iya.. Terima kasih, Ning. Ada urusan sedikit dengan programnya nih." Kataku memberikan alasan kalau-kalau Mbak Ning bertanya-tanya ada apa aku datang. Aku masuk ke ruang computer yang di dalamnya juga ada piano dan lemari berisi buku-buku koleksi Tante Yeni. "Tutup saja pintunya, Boy." Kata Tante Yeni. Tiba-tiba jantungku berdebar sangat keras. Entah mengapa, berbeda dengan menghadapi Lucy, Ria dan Ita, aku merasa aneh berdiri di depan seorang wanita mungil yang usianya di atasku. Setelah aku menutup pintu, belum sempat aku duduk, Tante Yeni sudah melangkah menghampiriku. Dia memelukku. Tingginya cuma sebahuku. Harum tubuhnya segera membuatku berdesir. Pelukannya sangat lembut. Kepalanya disandarkan ke dadaku. Aku tak tahu harus berbuat apa. Ini adalah pengalaman pertamaku dengan wanita yang usianya di atasku. Aku takut salah. Apa aku harus berdiam diri saja? Memeluknya? Menciumnya? Atau langsung saja mengajaknya bercinta? Pikiranku saling memberi ide. Banyak ide bermunculan di otakku. Beberapa saat lamanya aku bingung. Pusing tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya aku memilih tenang. Aku ingin tahu apa yang Tante Yeni inginkan. Aku akan mengikutinya. Kali ini aku main safe saja. No risk taking this time. "Cie Yeni adalah masalah?" bisikku. Kurasakan pelukan Tante Yeni semakin erat. Dia tidak menjawab. Aku juga diam. Benar-benar situasi baru. Pengalaman baru. Kurasakan penisku tidak bergerak. Rupanya pelukan Tante Yeni tidak membangkitkan gairahku. "Aku cuma ingin memelukmu. Sudah lama aku tidak merasa senyaman ini di pelukan seorang laki-laki. Kamu tidak keberatan kan aku memelukmu?" akhirnya Tante Yeni berbicara. "Tentu saja aku tidak keberatan, Cie. Peluk saja sepuas Cie Yeni. Apapun yang Cie Yeni inginkan dariku, kalau aku mampu, aku akan melakukannya." Kurasakan tangannya mencubitku. "Sok romantis kamu, Boy. Aku bukan gadis remaja yang bisa melayang mendengar kata-kata rayuanmu.. Wuih, apapun yang kau inginkan dariku.. Aku akan melakukannya..

Hahaha.. Gak usah pakai begituan. Aku sudah sangat senang kalau kamu mau kupeluk begini.." Benar juga kata Cie Yeni. Hari itu aku belajar menghadapi wanita dewasa. Belajar apa yang mereka butuhkan. Bagi Tante Yeni, kata-kata manis tidak diperlukan. Tapi tentu saja, aku tidak seratus persen percaya. Bagiku, tidak ada wanita di dunia ini yang bisa menolak pujian dengan tulus. Perasaan wanita sangat peka. Wanita punya sense untuk mencerna setiap kata-kata pria. Apakah rayuan, apakah pujian yang tulus, atau hanya bunga bahasa untuk tujuan tertentu. Dan aku memilih untuk memujinya dengan setulus hatiku. "Cie Yeni, aku beruntung bisa dipeluk wanita sepertimu. Siapa sangka SMS salah kirim bisa berhadiah pelukan?" candaku. Memang benar aku merasa beruntung. Ini bukan bunga bahasa, bukan rayuan. Dan aku yakin perasaan Cie Yeni akan menangkap ketulusanku. "Yah.. Aku simpati denganmu yang bisa bergaul akrab dengan anak-anakku. Kamu juga tidak merendahkan si Ning. Kulihat memang pantas kau mendapatkan pelukanku, Boy.." bisik tante Yeni lagi. Kali ini wajahnya mendongak menatapku. Ada senyum tipis menghias bibirnya. Ugh.. Aku jadi ingin menciumnya. Di satu sisi aku tahu bahwa aku salah. Tante Yeni sudah berkeluarga dan keluarganya harmonis. Tapi di sisi lainnya, sebagai cowok normal aku menikmati pelukan itu. Bahkan aku ingin lebih dari sekedar pelukan. Aku ingin menciumnya, melepaskan pakaiannya, dan memberinya sejuta kenikmatan. Apalagi Tante Yeni sudah 2 bulan lebih tidak mendapatkan nafkah batin. Pasti dia sangat haus sekarang. Aku mulai memperhitungkan situasi. Kami dalam ruang tertutup yang walaupun tidak terkunci, cukup aman untuk beberapa saat. Mbak Ning tidak mungkin masuk tanpa permisi. Satu-satunya kemungkinan gangguan adalah Cynthia. Perlahan aku memberanikan diri menyentuh wajah Tante Yeni. Dengan dua buah jariku, aku membelai wajahnya lembut. Mataku menatapnya penuh arti. Kulihat Tante Yeni gelisah, tetapi ia menikmati sentuhanku di wajahnya. Aku menggerakkan wajahku menunduk mencari bibirnya. Sekejap kami berciuman. Bibirnya sangat penuh. Sangat hangat. Baru beberapa detik, ciuman kami terlepas. Tante Yeni menyandarkan kepalanya ke dadaku. "Aku salah, Boy. Aku mulai menyayangimu.." bisiknya nyaris tak kudengar. Aku yang sudah merasakan ciumannya mendadak ingin lebih lagi. Dasar cowok!, rutukku dalam hati. Apalagi aku sedang horny.

Aku mencoba mengangkat wajahnya lagi. Ada sedikit penolakan, tapi wajahnya menatapku kembali. Aku tak berani menciumnya. Dan Tante Yeni menciumku, menghisap bibirku, memasukkan lidahnya, menggigit kecil bibirku. Dan akhirnya kami bercumbu dengan hasrat membara. Kami sama-sama kehausan.. Agh.. Aku tak peduli lagi. Wanita yang kuhormati ini sedang kupeluk dan kucumbu. Dia membutuhkanku dan aku juga membutuhkannya. Yang lain dipikirkan nanti saja. Nikmati saja dulu, pikirku cepat. Aku segera menggendongnya dan membantunya duduk di atas meja. Dengan begini aku akan lebih leluasa mencumbunya. Bibir kami saling melumat. Bergerak lincah saling berlomba memberi kenikmatan tiada tara. Tanganku mulai bergerak ke arah payudaranya. Aku meraba payudaranya dari luar. Memberi remasan ringan dan gerakan memutar yang membuat Tante Yeni menggelinjang. Perlahan aku menyusupkan tanganku ke balik pakaiannya. Kurasakan tanganku tertahan. Tante Yeni menolak. Rupanya dia hanya ingin bercumbu denganku. Dasar cowok, aku mana tahan? Sudah kepalang tanggung. Aku nekat tetap memasukkan tanganku dan dengan cepat aku berhasil melepas kait bra-nya. Payudaranya terasa utuh di tanganku, masih sangat kencang, masih sangat peka dengan rangsangan.

Buktinya Tante Yeni bergetar hebat saat aku meremas payudaranya. "Gila kamu, Boy. Aku tidak memerlukan ini semua.. Cukup peluk aku!" tegur Tante Yeni. Aku tahu pikirannya memang menolak, tapi tubuhnya tidak. Aku tetap merangsang payudaranya. Gerakan menolak tante Yeni melemah. Dan akhirnya hanya desahan nafasnya yang memburu yang menandakan birahinya telah bangkit. Dengan mulutku aku membuka kancing-kancing kemejanya. Cukup sulit, karena ini baru pertama kali kulakukan. Tapi berhasil juga. Tante Yeni tertawa melihat ulahku. Kini aku bebas mencumbu payudaranya. Kujilat dan kuhisap puting susunya. Tante Yeni melenguh panjang. Kedua tangannya mencengkeram kepalaku. Wajahnya mencium rambutku. Sesekali dia menggigit telingaku, sementara kepalaku, lidahku, bergerak bebas merangsang payudaranya. Ugh, begitu enak dan nikmat. Payudaranya tidak terlalu besar namun seksi sekali. Warnanya coklat kekuningan dengan puting yang cukup besar. Aku bermain cukup lama di putingnya. Menggigit ringan, menyapukan lidahku, menghisapnya lembut sampai agak keras. Kadangkala hidungku juga kumainkan di putingnya. Nafas Tante Yeni semakin memburu. Tentu saja untuk masalah nafas, aku lebih kuat darinya karena aku rajin berolahraga menjaga stamina. Tak lama tanganku menyusup ke balik roknya untuk mencari vaginanya dan membelainya dari luar. Kurasakan celana dalamnya telah basah. Tante Yeni merapatkan kakinya. Itu adalah penolakan yang kedua. Kepalanya menggeleng ketika kutatap matanya. Aku terus menatap matanya dan kembali mencumbunya. Aku tidak akan memaksanya. Tetapi aku punya cara lain. Aku akan membuatnya semakin terangsang dan semakin menginginkan persetubuhan. Perlahan cumbuanku turun ke lehernya. "Ergh," kudengar lenguhannya.

Wah, lehernya sensitif nih, pikirku. Dengan intensif aku mencumbunya di leher. Bergerak ke tengkuk hingga membuatnya semakin erat memelukku dan mencumbu telinganya. "Boy.." rintihnya. Telinganya juga sensitif. Aku bersorak. Semakin banyak titik tubuhnya yang sensitif, semakin bagus. Lalu tanganku meraba punggungnya. Membuat gerakan berputar-putar dan seolah menuliskan sesuatu di punggungnya. Tante Yeni semakin bergairah. "Ka.. mu.. Na.. kal. Kamu pin.. Pintar sekali membuatku.. Bergairah.." jawabnya terputus-putus. Nafasnya semakin memburu. "Cie Yeni cantik sekali. Aku sangat menginginkanmu, Cie.. Aku ingin membuatmu merasakan kenikmatan tertinggi bersamaku.." bisikku sambil terus mencium telinganya. "Aku juga menginginkanmu Boy.. Tapi aku takut.." jawab tante Yeni. Ya, aku harus membuatnya merasa aman. Dengan gerakan cepat aku melepaskan pelukanku, mengganjal pintu dengan kursi dan kembali mencumbunya. Saat itu di pikiranku cuma satu. Mengunci pintu justru tidak baik. Mengganjal pintu jauh lebih baik. Kulihat Tante Yeni merespons ciumanku dengan lebih kuat. Tanganku kembali mencoba merangsang vaginanya. Kali ini kakinya agak terbuka. Aku berhasil memasukkan jariku dan menyentuh vaginanya. "Aahh.." Tante Yeni semakin terangsang. Kakinya terbuka semakin lebar. Kini aku sangat leluasa merangsang vaginanya. Jariku masuk menemukan klitoris dan membuatnya makin hebat dilanda badai birahi. Entahlah, aku sangat tenang dalam melakukannya. Semakin intensif aku merangsang titik-titik lemah tubuhnya, aku semakin tenang. Aku seperti maestro yang sangat ahli melakukan tugasnya. Wah, rupanya aku berbakat dalam menyenangkan wanita, pikirku sampai tersenyum sendiri.

Tante Yeni semakin dilanda birahi. Tangannya kini tidak malu-malu melepas kancing celanaku dan mencari penisku. Setelah menemukannya di balik celana dalamku, dia meremas dan mengocoknya. Aku semakin terbakar. Kami sama-sama terbakar hebat. Perlahan aku melepas turun celana dalamnya. Tidak perlu dilepas. Aku menatap matanya meminta persetujuannya. Mata Tante Yeni nanar. Dia sangat kehausan dan sudah pasrah menerima apa pun perbuatanku. Perlahan penisku menembus liang vaginanya tanpa kondom. Aku merasakan kenikmatan yang dahsyat. Benar-benar jauh lebih nikmat dibandingkan dengan memakai kondom. Aku berani tanpa kondom karena aku yakin dengan kesehatan Tante Yeni. Aku mulai melakukan tugasku. Mendorong masuk, menarik keluar, memutar, memompa kembali dan kami bercinta dengan dahsyat. Suara penisku yang mengocok vaginanya terdengar khas. Aku mengerahkan segenap kekuatanku untuk menaklukkannya. Tetapi benar-benar tanpa kondom membuatku penisku lebih sensitif hingga belum begitu lama, aku sudah merasakan di ambang orgasme. Segera kuhentikan aksiku. Kucabut penisku dan aku menenangkan diri. Kami berciuman. Aku tak mau birahi Tante Yeni surut. Setelah agak tenang aku kembali memasukkan penisku. Kali ini aku tidak menggebu dalam memompa penisku. Aku memilih menikmatinya perlahan-lahan. Setiap sodokan aku lakukan dengan segenap hati hingga menghasilkan desahan dan rintihan nikmat Tante Yeni yang sudah dua bulan tidak merasakan nikmatnya bercinta.

Gelombang badai birahi kembali melanda. Keringat kami bercucuran, lumayan untuk membakar lemak. Kami memang sedang berolahraga, olahraga paling nikmat sedunia. Making love. Bercinta sangat baik untuk tubuh. Tidak hanya tubuh, tetapi pikiran juga jadi fresh. Secara teoretis, ada semacam zat penenang yang dihasilkan tubuh saat kita bersenggama, dan zat itu membuat kita sangat nyaman. Aku heran juga dengan diriku yang ternyata cukup kuat bercinta tanpa kondom. Penisku terasa agak panas. Aku belajar menahan nafas dan sesekali saat kurasakan aku hendak mencapai puncak, aku menghentikan kocokanku. Cukup sulit memang menahan orgasme. Aku berusaha seperti menahan kencing. Dan usahaku berhasil. Setidaknya aku bisa bercinta cukup lama mengimbangi Tante Yeni yang perlahan tapi pasti semakin menuju puncak. Muka tante Yeni semakin kemerahan. Wajahnya yang mungil tampak sangat cantik ketika sedang dilanda birahi. "Cie Yeni cantik sekali.. Hebat juga ketika bercinta.." bisikku. Lidahku kembali mencumbui payudaranya yang semakin penuh dengan keringat. "Arg.., kamu juga.. Enak sekali, Boy.." ceracaunya. Tante Yeni bolak-balik memejamkan mata, membuka mata dan menggigit bibirnya. Nafasnya sangat tidak teratur. Ngos-ngosan dan rambutnya semakin acak-acakan terkena keringat. Wah, pemandangan yang seksi sekali saat seorang wanita bercinta. Sebenarnya aku ingin mengubah posisi lagi. Aku ingin lebih lama bercinta. Tetapi aku agak khawatir juga. Sudah cukup lama kami di dalam ruangan ini. Aku khawatir Mbak Ning nanti tiba-tiba mengintip atau mencuri dengar.

Aku khawatir karena Mbak Ning cukup punya kecerdasan untuk berpikir yang tidak-tidak. Dari bahasa tubuh Tante Yeni, aku yakin orgasmenya sudah semakin dekat. Gerakan tubuhnya semakin cepat. Cengkeraman tangannya di punggungku kurasa telah melukai punggungku. Terkadang giginya bergemeretak menahan nikmat. Dia tampak sekali berusaha untuk tidak menjerit. "Agh.. Arrhhk.. Aku sudah ham.. pir.." rintihnya. Tanganku meraih bra Tante Yeni dan meletakkannya di mulutnya supaya dia bisa menggigit bra itu. Daripada menjerit, lebih baik menggigit bra sekuatnya. Penisku semakin gencar menghunjam vaginanya. Sodokanku semakin kuat dan temponya kupercepat. Aku belajar untuk sama-sama mencapai orgasme dengan Tante Yeni walaupun menurutku sangat sulit untuk bisa orgasme bersamaan. Setidaknya, aku berencana membiarkannya orgasme terlebih dulu, baru aku menyusul. "Arghh.. Ya.. Terus.. Yah.. Dikit lagi.." erang Tante Yeni agak tidak jelas karena sambil menggigit bra. Aku menjaga semangat dan menjaga penisku agar tetap kuat bertempur. Kurasakan penisku juga semakin panas. Aku juga sudah mendekati puncak. Aliran sperma dari bawah sudah merambat naik siap menyembur. Gerakan Tante Yeni semakin menyentak-nyentak. Untung meja di ruangan itu adalah meja kayu yang kosong. Kalau seandainya ada buku atau ballpoint pasti sudah berantakan terlempar. Beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh Tante Yeni bergetar hebat. Menghentak-hentak dan tangannya mencengkeram sangat-sangat-sangat-kuat. Dia memelukku sangat erat. Dari mulutnya keluar semacam raungan yang tertahan.. Seandainya ini di kamar hotel, pasti dia sudah menjerit sepuasnya. "Aargghh.. Sstt.."

Aku merasakan ada cairan hangat meleleh keluar. Tidak seberapa banyak tetapi membuat penisku semakin panas. Tante Yeni orgasme sementara aku juga sudah semakin dekat. Inilah saatnya. Aku mempercepat kocokanku. Cepat.. Dan aku mencabut penisku. Crot..!! Srr.. R.. Srr.. Srr.. Spermaku berhamburan muncrat di perut dan dada Tante Yeni. Ah.., nikmat sekali mencapai puncak. Perjuanganku tidak sia-sia. Aku yang selama ini rutin berlatih menahan kencing, melatih otot-otot perut dan penisku, sukses mengantarkan Tante Yeni menggapai orgasmenya. Dibandingkan ketika making love dengan Ria dan Ita, kali ini lebih mendebarkan dan menantang. I did it. Tante Yeni segera mencari tissue dan membersihkan ceceran spermaku. Kurang dari semenit kemudian dia sudah memakai bra dan kemejanya kembali. Celana dalam dan roknya tinggal merapikan saja. Aku pun tinggal merapikan celanaku. Beberapa saat kami berpandangan. Ada rona puas di wajah Tante Yeni. Dia tersenyum manis. Sekarang dia bukan lagi sekedar clientku. Bukan lagi sekedar orang tua muridku. Sekarang dia adalah partner sex-ku. Ada rasa aneh menjalar di tubuhku. Aku tiba-tiba merasa begitu menghormati wanita di hadapanku ini. Sinar matanya yang tegas, pembawaannya yang mandiri, dikombinasi dengan senyum dan kelembutannya, sungguh mempesona. Aku sangat bangga bisa memberinya kenikmatan.

"Maaf Cie.. Sudah melangkah jauh sekali.." kataku. "Ya! Kamu tidak sopan sekali, tadi!" katanya bergurau tetapi dalam nada agak tegas. Kami pun tertawa bersama. Aku memeluknya. Mencium dahinya. Merapikan rambutnya yang agak basah terkena keringat. AC di ruangan itu sangat membantu tubuh kami cepat kering. "Habis Cie Yeni, sudah tahu aku lagi horny malah diundang kemari.." kataku membela diri. "Terus terang aku juga lagi pengen, Boy. Begitu tahu kamu ternyata sudah pengalaman, aku jadi tergoda denganmu. Tapi memang tadi aku sangat takut melangkah. Untung kamunya nekat.. Aku jadi terpuaskan, deh. Makacih ya.." Ya ampun.. Bisa-bisanya Tante Yeni bicara manja seperti ini. Aku sampai merasa bagaimana.. gitu. Aneh. Wanita memang makhluk paling aneh sedunia. Di balik penampilannya yang keras dan tegar, toh dia tetap wanita juga. Sisi lembutnya tetap ada. "Ya.. Aku juga senang sekali bisa memuaskan Cie Yeni. Aku juga belajar banyak lho. Sepertinya tadi Cie Yeni kurang suka dengan permainan tanganku di vagina ya?" "Bukan begitu. Aku tidak tahu apakah tanganmu bersih atau tidak. Tapi lama kelamaan karena enak, ya sudah.. diteruskan saja.." "Oh jangan kuatir.. Aku selalu sedia handy desinfectant kok. Biar tanganku bebas kuman." Kataku menenangkannya. Aku tadi memang pakai handy desinfectant, tapi kan tetap saja aku pegang setir mobil. Haha.. Yang ini tidak aku ceritakan. (Kalau Cie Yeni baca cerita ini, maafin ya..) "Yah baguslah. Aku juga suka karena kamu selalu terlihat bersih dan harum.." tante Yeni mencium bibirku lagi. Kami kembali berpagutan. Lidahku kembali menerobos mulutnya. Menekan lidahnya, saling bergelut. Kami terus berciuman sambil berpelukan. Banyak pria melupakan kenyataan bahwa ada hubungan yang harus dibina setelah kita berhubungan sex. Setelah terjadi orgasme, wanita tetap membutuhkan sentuhan, pelukan dan ciuman. Wanita sangat berharga. Jangan sampai kita para pria, begitu mendapatkan orgasme, langsung selesai begitu saja. Harus Ada after orgasm service. Ini adalah salah satu kunci yang aku pegang untuk membuat wanita merasa nyaman bersamaku. Kami berpelukan dan dengan jelas aku mendengar suara Tante Yeni.. "Aku menyayangimu, Boy. Terima kasih buat semuanya. Aku merasa dihargai dan dibutuhkan olehmu.." kata-kata ini tidak akan pernah aku lupakan. ***** sekedar meramaikan forum cerita seru kita

Take And Give

0 comments
Begitu memasuki kamar tidur, segera kutelanjangi dia dan merebahkannya ke atas ranjang. Dia dalam keadaan setengah mabuk, tapi masih tetap dapat menjaga kesadarannya.

“Sayang, aku akan melakukan sesuatu yang sedikit berbeda malam ini. Apa kamu bersedia?” tanyaku begitu berada di atas ranjang.
“Aku bersedia” jawabnya segera.

*****

Shinta istriku, mempunyai tinggi dan berat badan yang sedang-sedang saja. Payudaranya tak bisa dikatakan besar tapi putingnya adalah sebuah puting susu terbesar dari semua wanita yang pernah kukenal saat dia sedang bergairah. Shinta seorang wanita yang pemalu, kecuali jika sedang berada di dalam kamar cinta kami.

Setelah lebih dari setahun dalam kehidupan seksual kami, aku sering berbisik di telinganya ditengah percintaan kami sambil kumainkan kelentitnya, dan mengatakan padanya tentang keinginanku untuk melihat seorang lelaki lain yang ‘bermain’ dengan tubuhnya. Dan Tuhan, ternyata hal ini membuat nafsunya semakin liar. Dan untuk beberapa bulan terakhir, aku mulai mengarang sebuah cerita dan menceritakan kisah fantasiku tersebut kepadanya saat kami sedang bercinta.

Hingga sampailah pada saat yang paling membuat jantungku berdebar… untuk menanyakan kepadanya apakah dia mau membuat semua fantasi itu menjadi nyata. Tentu saja kutanyakan hal ini saat kami sedang bercinta, dan dia menjawab ya dalam erangannya. Akhirnya minggu kemarin itu semua menjadi kenyataan.

Setelah pencarian dalam beberapa minggu dalam dunia maya, akhirnya kudapatkan seorang lelaki yang kuanggap memenuhi semua persyaratanku, kubuat janji untuk bertemu langsung dengannya di salah satu café di kotaku. Aku langsung merasa cocok dengan pilihanku begitu pertama kali melihatnya, setelah sedikit basa-basi dengannya, kami langsung ke pokok permasalahan, istriku.

Aku tawarkan tentang rencanaku untuk mengajak istriku keluar untuk dinner dan akan membuatnya mabuk dulu…

Rencananya adalah membuatnya mabuk, tapi tidak terlalu mabuk. Sebab saat istriku mengkonsumsi alkohol, bisaanya libidonya jadi melonjak tinggi. Kami mengatur dimana lelaki ini harus berada, namanya Yudi, bersembunyi di dapur. Sepulangnya aku dan istriku dari dinner, kami berdua berendam dulu dengan air hangat baru setelahnya naik ke atas ranjang.

Kemudian aku memakaikan penutup mata padanya agar dia tak dapat melihat.
Dan lalu kuikatkan kedua tangannya pada tiang tempat tidur. Tak usah dikatakan lagi, sebuah lenguhan lirih langsung terdengar dari mulutnya. Tapi dia tak tahu apa yang akan kulakukan terhadapnya.

”Aku akan memijatmu dengan baby oil” Shinta selalu menyukainya. “Aku akan mengambil baby oilnya dulu di kamar mandi”.

Aku keluar dari kamar tidur dan langsung pergi ke basement menghampiri Yudi. Yudi dapat melihat kalau aku sudah sangat terangsang. Kami berdua kembali ke kamar setelah sebelumnya mengambil baby oilnya dulu. Yudi terkejut saat dia melihat istriku terikat pada ranjang dengan kedua matanya terrikat kain penutup.

Aku dan Yudi sudah sepakat kalau dia tidak akan bicara sebelum kuperintahkan. “Sayang, apa kamu juga mau memakai pelicin?” tanyaku.
“Oh, ya. Boleh juga” bisiknya pelan.

Dan aku membuat Yudi terkejut saat kusodorkan pelicin itu kepadanya. Kuberi dia isyarat agar melumurkannya pada payudara Shinta. Aku tak perlu memerintahkannya dua kali. Dituangkannya pelicin itu di seluruh gundukan daging payudara istriku dengan kedua tangannya dengan penuh perasaan. Segera saja puting payudara Shinta mengeras.

Dia mulai mengerang hebat “Sentuh vaginaku” perintahnya.

Yudi menatapku dan aku megisyaratkan padanya agar dia melakukan apa yang diinginkan oleh istriku. Dituangkannya banyak pelicin pada vagina istriku. Saat Yudi melakukan hal itua, istriku melenguh hebat. Yudi mulai menyentuh kelentitnya dan suara erangan istriku semakin bertambah keras saja. Aku berdiri tepat di tepi ranjang dan dapat kusaksikan semua yang dilakukan Yudi terhadap istriku. Dan kemudian hal itu terjadi. Yudi menusukkan jari tengahnya masuk ke dalam vagina Shinta yang basah. Kulihat punggung Shinta terangkat dari atas kasur dan erangannya semakin keras terdengar…

Setelah sepuluh menit, dia melenguh keras “Jilat vaginaku sayang”.
Kembali Yudi menatapku. Kuisyaratkan padanya agar dia mengerjakan apapun yang dikehendaki istriku lagi… Yudi tak menyia-nyiakan waktu. Dia menurunkan wajahnya tepat ke vaginanya. Pelicin itu dengan rasa strawberry. Tentu saja dia jadi menjilati kelentit Shinyta seperti orang gila saja.

Dan kemudian hal itu memukulku. Yudi tidak punya kumis seperti aku. Yang dapat kuperbuat hanya mengharapkan agar Shinta tak menyadari hal tersebut. Erangan dan lenguhan Shinta semakin bertambah keras dan keras. Tak dapat kupercaya betapa terangsangnya dia. Punggung Shinta melengkung ke atas seakan dia berada di surga. Yudi berhenti beberapa saat untuk mengambil nafas.

“Kamu menikmatinya sayang? Apa kamu ingin mendengar cerita yang lainnya lagi?” tanyaku.
“Ya sayang”.

Yudi tahu apa rencanaku. Dimasukkannya dua jari besarnya itu ke dalam vaginanya yang basah. Begitu dia melakukan hal itu, punggung Shinta melengkung ke atas lagi. Aku jadi semakin berani.

“Apa kamu ingin agar aku bermain dengan putingmu, sayang?” kembali Shinta mengiyakan. Maka saat Yudi sedang memainkan vaginanya, kucengkeram payudaranya dan menjepit putingnya dengan keras.

“Apa kamu ingin seseorang menjilati vaginamu, sayang” dia melenguh lagi.
Aku jadi semakin berani “ Jika ada seorang lelaki lain di sini, sekarang ini, apakah kamu akan mengijinkan dia melakukannya padamu?”.
Erangannya semakin keras “Ya. Aku pasti akan suka itu…”.
“Apa kamu akan membiarkan jarinya bermain di vaginamu, sayang?”.
“Ya”.
“Apa kamu akan menghisap penisnya?”.
“Ya. Pasti”.
“Maukah kamu mencobanya sekarang? Aku akan memakai sebuah dildo baru d vaginamu dan kamu bisa menghisap penisku. Bayangkan saja kalau ini adalah batang penis lelaki lain”.
Ya, ya, ya” sebuah erangan keras terlepas dari bibirnya.

Tak mau membuang kesempatan itu, kuturunkan penisku ke mulutnya. Shinta membuka mulutnya lebar-lebar dan langsung menelan selurh batang penisku ke dalam mulutnya. Kurasa aku pasti akan langsung keluar. Ada seorang lelaki lain yang sedang bermain dengan vaginanya, saat istriku menghisap batang penisku yang sangat keras.
“Aku akan melepaskan ikatanmu sekarang dan menarik tubuhmu ke tepi ranjang, tapi kamu tidak boleh melepaskan penutup matamu dengan alas an apapun juga” aku tetap berbicara dengannya.

Dengan cepat kulepaskan ikatannya dan menariknya ke tepi ranjang hingga pahanya menjuntai di lantai. Dia tetap memaki penutup matanya seperti seorang istri yang baik. Kemudian aku rebah di atas ranjang dan mendekatkan penisku ke wajah istriku lagi. Shinta menggenggamnya dan membawanya masuk ke dalam mulutnya. Aku melihat ke arah Yudi. Dia sudah melucuti pakaiannya dan berdiri di tepi ranjang.

”Sayang, apa kamu sudah siap dengan dildo yang baru?” tanyaku padanya.
“Tuhan, ya. Setubuhi aku dengan itu sayang” dia mengerang.

Yudi semakin bergerak mendekat padanya tanpa menyentuh atau naik ke atas ranjang. Aku dapat melihat semuanya. Dengan perlahan digenggamnya batang penisnya sendiri dan menggerakkannya kedepan mengarah ke vagina Shinta. Aku terhenti karena terkejut lagi. Ini adalah pertama kalinya aku melihat batang penisnya. Jauh lebih besar dan panjang dariku…

Ini membuatku takut. Aku yakin kalau Shinta akan segera tahu. Tapi sebelum aku merubah pikiranku, Yudi sudah mendorong masuk ke dalam tubuh Shinta.

Baru beberapa centi saja Shinta sudah mengerang sangat keras. Yudi mengambil hal itu sebagi perintah dan segera melesakkan seluruh batang penisnya ke dalam vagina istriku. Shinta menjadi tak terkendali… tapi kemudian dia menyadari apa yang tengah berlangsung… dia berhenti menghisapku dan mulai bergerak untuk meraih penutup matanya. Aku mengentikan tangannya tepat pada waktunya.

“Ada apa ini?” erangnya pelan.
“Kamu suka?” tanyaku tanpa mempedulikan pertanyaannya.
Dia diam beberapa saat lalu menjawab “Ya, tapi siapa yang berada di antara pahaku?”

Yudi terus menyetubuhinya. Dia tak pernah berhenti…

“Sayang, apa kamu ingin kuhentikan ini semua?” tanyaku.
Lagi-lagi, setelah beberapa detik dia baru menjawab “Tidak. Jangan!”
“Apa kamu ingin dia menyetubuhimu dengan keras?” tanyaku lagi.
“Tuhan, ya. Tentu saja. Dan aku ingin menghisap batang penismu juga” jawabnya.

Yudi seakan disulut. Dia mengayun semakin keras dan keras. Seluruh batang penisnya tenggelam dalam tubuh istriku. Paha Shinta mengait erat tubuh Yudi lebih merapat. Dia menggenggam batang penisku dan mulai menghisapnya dengan rakus. Dia seperti seorang wanita gila yang menjadi liar.

Dapat kurasakan spermaku akan meledak dengan hebat “Aku hampir keluar” kataku pada Shinta.

Dia melenguh dan mulai menghisap lebih cepat lagi. Tak beberapa lama kemudian kusemburkan spermaku dalam mulut Shinta dan dia menelannya secepat yang dia bisa. Kemudian kulihat ke atas dan dapat kusaksikan kalau Yudi juga sudah hampir keluar. Ini adalah saat mengambil keputusan bagiku. Apakah aku akan membiarkan orang lain menumpahkan spermanya dalam vagina istriku atau tidak.

Kupikir ini adalah hak Shinta untuk memilih “Shinta, apa kamu mau dia keluar di dalam atau kamu mau dia keluar di atas perutmu?”
Dikeluarkannya batang penisku dari dalam hisapan mulutnya dan mengejutkanku dengan jawaban yang dia berikan “Aku mau dia keluar di dalam” erangnya.

Dan akibat ucapan itu, wajah Yudi jadi memerah dan dia mengayun semakin keras. Kemudian tiba-tiba saja dia berhenti dan tak bergerak sama sekali. Aku tahu kemudian kalau dia orgasme. Geraman hebat keluar dari mulutnya. Shinta meraih tubuhnya dan menariknya jatuh menindih tubuhnya sendiri. Begitu bibir Shinta menemukan bibir Yudi, dia langsung saja melumatnya dengan liar. Aku duduk dan menyaksikan lidah Shinta merangsak masuk jauh ke dalam mulut Yudi. Shinta sangat terbakar.

Lalu sebelah tangan Shinta bergerak ke atas dan melepaskan penutup matanya. Aku tak dapat menebak apa yang akan dilakukannya kemudian. Apakah dia tak suka dengan lelaki yang kubawa ini. Aku tak perlu menunggu lama untuk mendapatkan jawabannya. Shinta menatapnya dan menciumnya kembali. Saat dia sedang menciumnya, diraihnya batang penisku dan membuatnya keras lagi. Shinta benar-benar sedang terbakar hebat. Dia menghentikan ciumannya dan mencoba mengatur nafasnya yang tersengal.
“Aku ingin penisnya dalam mulutku dan aku mau kamu menyetubuhiku dari belakang jauh lebih keras darinya” katanya.

Aku terkejut , tapi tanpa menunggu lagi, Yudi dan aku mengambil tempat. Shinta sangat menginginkan batang penisnya. Dalam genggamannya, batang penis itu dia arahkan masuk seluruhnya kedalam mulutnya yang mendambakan. Aku berada diantara pahanya dan melesakkan penisku yang keras ke dalam lubang vaginanya yang terisi sperma.

Tak bisa kupercaya betapa panas dan basahnya vagina Shinta… Dalam setiap dorongan, dapat kudengar sperma Yudi dipaksa keluar dari dalam vagina Shinta. Aku menyetubuhi istriku sambil melihatnya menghisap batang penis Yudi. Dia terus mengerang bagaikan seorang wanita gila. Dan kemudian tanpa memberi peringatan, dia menghentikan hisapannya pada penis Yudi lalu menatapku.
”Aku mau penisnya dalam anusku” ucapnya tegas.

Ini benar-benar membuatku sangat terkejut. Aku hanya pernah melakukan anal seks dengan istriku tiga kali dan selalu saja baru sebentar dia merasan kesakitan. Dan ukuran batang penisku lebih kecil dari Yudi. Sambil memeluk istriku, aku berguling ke samping dengan penisku masih terbenam dalam tubuhnya. Yudi mengambil pelicin dan mengoleskannya ke pantatnya. Dengan jari tengahnya dia mulai memasuki lubang anus istriku. Aku sangat yakin kalau istriku akan menjerit. Tapi kupikir Shintaa pengaruh alkohol yang diminumnya, Shintaa dapat kurasakan dia malah mendorong pantatnya ke belakang berlawanan arah dengan gerak laju jari Yudi agar jarinya semakin masuk lebih ke dalam.

Setelah kurang lebih 3 menitan, Yudi mengeluarkan jarinya dan merebahkan diri di belakang istriku. Istriku menggenggam batang penisnya dan menuntunnya tepat menuju ke lubang anusnya. Sedikit demi sedikit mulai masuk. Istriku meraih kepalaku dan menempelkan bibirku dengan bibirnya, dia menciumku seakan dia belum pernah melakukannya denganku. Yudi dan aku menyelaraskan ayunan kami. Shinta mengerang seakan gila. Pengaruh dari sebuah batang penis milik lelaki lain pernah memasuki vagina istriku dan sekarang berada di dalam lubang anusnya, sudah lebih dari cukup buatku. Aku mulai menyemburkan spermaku jauh di dalam vagina Shinta Dia tahu aku sudah keluar dan dihentikannya ciumannya terhadapku.

Yudi juga sudah berada di batas akhirnya…
“Kamu mau aku keluar di dalam?” teriaknya keras.
“Ya, ya, lakukan, keluarlah di dalam anusku”

Sekali lagi aku dikejutkan, Shintaa istriku tak pernah mengijinkanku keluar dalam lubang anusnya. Beberapa detik kemudian aku menyaksikan Yudi berejakulasi di dalam lubang anusnya. Aku sudah merasa kelelahan. Kuraih selimut dan menariknya menutupi tubuh kami semua. Shinta berbaring dan memandangku “ Oh Tuhan, aku tak pernah membayangkan kalau kamu akan melakukan ini padaku”.

Dia menghabiskan malam bersama kami. Batang penisku masih tenggelam di dalam vaginanya dan penis Yudi berada dalam lubang anusnya. Kukatakan pada Yudi kalau sudah cukup untuk malam ini, dia tersenyum dan menyarankan agar beristirahat untuk beberapa menit. Setelah beberapa menit kukeluarkan penisku dari dalam vagina istriku dan Yudi juga mengeluarkan penisnya dari lubang anusnya. Shinta berbalik dan mengucapakan terimakasih padanya. Beberapa waktu kemudian akhirnya kami semua jatuh tertidur.

Seusai sesi dari seks yang dahsyat, aku langsung jatuh terlelap. Shinta berada diantara aku dan Yudi. Pastinya ini sudah beberap jam ketika kupikir aku sedang bermimpi. Mataku tetap terpejam, tapi aku yakin kalau aku merasakan ranjang bergerak.

Aku terjaga sekarang, kucermati suara yang terdengar. Dapat kudengar suara bibir yang saling melumat dan lenguhan pelan dari Shinta. Lalu dapat kurasakan berguling dan pantatnya menekan salah satu pahaku. Aku pura-pura tak merasakannya, tapi dengan hati-hati kutengokkan kepalaku sedikit dan mengintip apa yang tengah terjadi.

Pastilah sudah kalau Shinta sudah beraksi kembali. Dengan bantuan sinar lampu yang redup, dapat kusaksikan kepala Shinta bergerak naik turun pada batang penis Yudi yang keras. Tuhan, dia sangat menyukai benda tersebut. Ditelannya keseluruhan batang itu dan terus melenguh seakan tidak akan ada lagi hari esok. Yudi hanya terbaring di sana dengan mata terpejam. Dapat kulihat kalau dia sangat menikmati apa yang dilakukan istriku terhadapnya.

Keduanya tak tahu kalau aku menyaksikan mereka. Aku hanya berbaring dan melihat. Setelah beberapa saat lamanya, lalu Yudi memegang kepala Shinta, menjauhkannya dari batang penisnya dan mendekatkannya ke arah mulutnya. Aku belum pernah merasakan ciuman seperti cara istriku mencium Yudi. Kedua lidah mereka saling masuk sedalamnya dalam rongga mulut yang lainnya. Dengan sebuah gerakan cepat, istriku telah berada di atas tubuh Yudi.

Shinta menggenggam batang penis Yudi dan menuntunnya masuk ke dalam tubuhnya. Dalam setiap dorongan yang teramat pelan, batang penis Yudi semakin masuk ke dalam dan lebih ke dalam lagi sampai akhirnya Shinta mendapatkan keseluruhan batang penis itu dalam tubuhnya. Sekarang pelan-pelan Shinta bergerak naik turun pada batang itu dan Yudi menjepit kedua putting payudara Shinta semakin keras dalam setiap ayunan tubuh Shinta. Shinta sangat senang jika putingnya di beri perhatian...

Tak dapat kupercaya istriku menyetubuhi lelaki ini lagi. Dan kali ini Shinta pikir kalau aku masih tertidur. Awalnya aku ingin menyentuhnya agar dia tahu kalau aku menyaksikan mereka. Tapi aku tak melakukannya. Aku tetap diam tak bersuara dan melihat. Sekarang Shinta menunggangi penisnya dengan keras dan cepat. Dia benar-benar sedang terbakar. Dengan sebelah tangannya istriku mulai memainkan kelentitnya sendiri. Hal ini memberitahukanku kalau dia ingin meraih orgasmenya, orgasme dengan segera. Jari lentiknya bergerak dengan gila di kelentitnya. Dan hal ini kelihatannya membuat Yudi semakin terangsang. Dia mulai bergerak mendorong keatas untuk menjemput setiap hentakan kebawah yang dilakukan Shinta.

Seakan berjam-jam rasanya Shinta menunggangi batang penis Yudi yang keras. Paling tidak sedikitnya dia mendapatkan orgasme lebih dari tiga kali. Dan kemudian kudengar suara erangan Yudi.

“Aku hampir keluar Shinta” katanya dengan suara yang bergetar.
“Keluarkan Yud, keluarlkan dalam vaginaku, berikan padaku sekarang” sekarang Shinta memohon padanya.

Dan tiba-tiba Yudi mendorong ke atas dengan sangat keras dan menahan tubuhnya dalam posisi tersebut untuk beberapa menit. Aku tahu kalau dia sedang orgasme dengan hebat sekarang. Shinta juga menahan gerakannya dan sebuah senyuman lebar terkembang di wajahnya. Kembali dia mendekatkan wajahnya dan mencium Yudi dengan liar dan penuh gairah.

Ketika meraka berhenti berciuman, Shinta berkata pada Yudi dengan suara pelan “Kita harus berhati-hati agar tak membangunkan suamiku”. Yudi hanya tersenyum saja dan menganggukkan kepalanya.

Perlahan Shinta bangkit dari batang penis Yudi dan sperma lelaki itu meleleh keluar dari vaginanya yang basah. Yudi memberinya sebuah ciuman singkat dan turun dari ranjang. Dia mengenakan pakaiannya dan kenudia dia keluar dari kamar. Kupikir dia pergi meninggalkan rumahku. Shinta memelukku dan aku masih tetap diam, berharap kalau dia tak merasakan ereksiku.